REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Mantan kanselir Jerman Gerhard Schroder menyebut kebijakan Uni Eropa (UE) mengenai Ukraina 'keliru. Schroder mengatakan UE telah menempatkan Ukraina, negara yang secara budaya terpecah, di dalam situasi dan atau dengan memaksakan kesepakatan penyatuan dengannya.
Menurut mantan kanselir Jerman itu, pilihan keduanya atau dan tersebut akan lebih masuk akal sebab Ukraina memerlukan kemitraan dengan keduanya. Schroder menyampaikan dukungan bagi penggantinya Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier dalam mengupayakan pembicaraan lebih lanjut dengan Rusia.
Schroder, yang dikatakan memiliki hubungan erat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan belum membahas konflik di Ukraina dengan Presiden Rusia tersebut. Rusia pada Sabtu (8/3) menyatakan negara itu bersedia melanjutkan dialog dengan Pemerintah Ukraina saat ini.
Sementara negara Barat sibuk membentuk persekutuan guna menghadapi Rusia dan mengancam akan menjatuhkan sanksi. Di Moskow, kantor layanan pers Kremlin pada Ahad (9/3) mengatakan pemimpin Rusia, Inggris dan Jerman telah menyampaikan keinginan bersama mereka untuk meredakan ketegangan di Ukraina kendati ada perbedaan pendapat.
"(Presiden Rusia Vladimir) Putin, (Perdana Menteri Inggris David) Cameron dan (Kanselir Jerman Angela) Merkel melanjutkan pembahasan mengenai situasi sosial-politik yang sangat rumit di Ukraina, serta referendum di Krimea, yang dijadwalkan diadakan pada 16 Maret," katanya.
"Semua pihak menyampaikan kepentingan bersama mereka untuk secepat mungkin meredakan ketegangan dan mengembalikan situasi normal," kata Kremlin.