Senin 10 Mar 2014 14:41 WIB

Warga Selo Dengarkan Gemuruh dari Puncak Merapi

Red: Julkifli Marbun
Mengabadikan kawah Gunung Merapi.  (Republika/Bowo Pribadi)
Mengabadikan kawah Gunung Merapi. (Republika/Bowo Pribadi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Warga di Desa Jrakah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mendengarkan suara gemuruh dari puncak Gunung Merapi, Senin pagi, dan setelah itu, terjadi hujan abu tipis di kawasan Dukuh Gesikan atau sebelah baratnya.

Menurut Tumar (45) seorang tokoh masyarakat di Desa Jrakah Selo Boyolali, bahwa kejadian suara gemuruh terdengar dari puncak Merapi tersebut dua kali yakni pukul 03.00 WIB dan pukul 07.00 WIB, tetapi warga setempat baru bangun tidur dan tidak sampai panik.

"Kejadian suara gemuruh itu, sudah biasa dirasakan oleh warga di lereng Merapi, sehingga mereka tidak sampai panik. Setelah itu, terjadi hujan abu tipis yang menyelimuti kawasan Dukuh Gesikan lereng Merabu atau sebelah barat puncak Merapi," katanya.

Menurut Tumar, kondisi puncak Merapi tidak terlihat dengan kasat mata karena tertutup awan dan kabut tebal. Warga setempat juga banyak yang tidak memperhatikan kondisi Merapi karena mereka banyak yang baru bangun tidur.

Tumar menjelaskan, warga di Dukuh Gesikan saat terjadi hujan abu tersebut, mereka sempat menunda pergi ke ladang. Setelah hujan abu reda sekitar pukul 08.30 WIB, warga mulai beraktivitas ke ladang masing-masing.

Kendati demikian, kata Tumar yang juga mantan Kepala Desa Jrakah tersebut mengimbau warga tetap waspada baik saat mereka melakukan aktivitasnya di ladang maupun rumah masing-masing.

Sementara peristiwa letupan dari puncak Gunung Merapi juga menyebabkan hujan abu tipis di kawasan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Menurut Koordinator relawan Merapi di Balerante, Suharno, bawah letupan Merapi yang terjadi Senin, pukul 07.09 WIB hanya menyemburkan abu vilkanik setinggi sekitar 1,5 kilometer berwarna hitam.

Namun, kata Suharno, pihaknya tidak mendengar bunyi dentuman keras dari puncak Merapi. Warga setempat setelah kejadian tersebut bersiaga menunggu perkembangan lebih lanjut.

Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, setelah kejadian tersebut, juga melakukan pengecekan langsung ke lokasi dengan mambagikan masker, serta untuk menenangkan warga. Karena, tidak ada aktivitas Merapi yang membahayakan.

Menurut Kepala BPBD Klaten Sri Winoto, bahwa hembusan abu vulkanik Merapi menyebabkan hujan abu tipis di sekitar Desa Balerante, tetapi tidak ada peningkatan dari aktivitas Merapi. Sehingga, warga diminta untul tenang dan meningkatkan kewaspadaan, terlebih bila puncak Merapi terjadi hujan deras.

Bahkan, sejumlah anak sekolah dasar (SD) di Balerante Kemalang sedang belajar dipulangkan lebih awal. Hal ini, sebagai bentuk kesiagaan saat menghadapi bencana yang tiba-tiba seperti Merapi.

Menurut Sri Winoto, informasi dari Balai Penyelidikan, dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta bahwa letupan abu vulkanik tersebut dipicu oleh gempa lokal yang terjadi sekitar wilayah Gunung Merapi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement