REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Pemerintah Libya mencegat kapal tanker berbendera Korea Utara pada Senin (10/3) waktu setempat. Kapal tanker tersebut diduga telah memuat minyak mentah dari pelabuhan timur yang dikuasai para pemberontak, saat konflik atas pendapatan minyak utama di negara itu meningkat.
Mantan pemberontak yang menyerukan otonomi untuk wilayah Cyrenaica timur telah memblokade pelabuhan Al-Sidra dan terminal ekspor timur penting lainnya sejak Juli. Namun kapal Morning Glory berbendara Korea Utara, yang berlabuh di Al-Sidra pada Sabtu, adalah kapal pertama yang mengambil minyak mentah dari pelabuhan yang dikuasai pemberontak sejak kebuntuan dengan pemerintah pusat dimulai.
Para pejabat mengancam aksi bersenjata jika diperlukan untuk menghentikannya ke laut dan mengumumkan bahwa gugus tugas militer yang dibentuk untuk merebut pelabuhan yang dikuasai pemberontak kembali di bawah kendali pemerintah. "Angkatan Laut dan pasukan revolusioner mengendalikan tanker Morning Glory dan mengawal ke pelabuhan yang dikendalikan negara," kata badan tertinggi legislatif dan badan eksekutif negara, Kongres Umum Nasional, di situsnya.
Menteri Perminyakan Omar al-Shakmak telah mengatakan sebelumnya bahwa kapal telah dicegat Ahad (9/3) malam. Kapal berkapasitas 350 ribu barel itu hanya memuat 234 ribu barel minyak mentah.
Kapal-kapal perang telah dikerahkan untuk memblokir Morning Glory setelah Menteri Kebudayaan Amin al-Habib memperingatkan pada Ahad (9/3) bahwa tanker itu akan 'berubah menjadi tumpukan metal' jika mencoba meninggalkan pelabuhan.
Kantor Berita resmi pemerintah Libya, LANA, melaporkan bahwa kementerian pertahanan juga telah mengerahkan angkatan udara. Minyak adalah sumber utama pendapatan bagi Libya. Sejak krisis politik melanda Libya, produksi minyak negara tersebut anjlok dari 1,5 juta barel per hari menjadi hanya 250 ribu barel per hari.