REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR) membukukan penurunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 1,2 persen menjadi Rp 49,9 triliun. Direktur Utama BJB Bien Subiantoro mengatakan, perseroan tidak mau perang bunga deposito.
"Kita punya dua pilihan, mau perang harga atau jaga laba. Dengan kondisi tahun lalu, saya pilih yang kedua," kata Bien dalam paparan kinera BJB di Jakarta, Selasa (11/3).
Kondisi makro yang tidak kondusif mendorong perseroan untuk menjaga laba. Seperti diketahui, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin. Sehingga, perbankan melakukan perang bunga untuk mempertahankan likuiditas. BJB merelakan likuiditas sehingga laba tumbuh di atas rata-rata industri, yaitu 15,3 persen.
Deposito berjangka perseroan turun 23,4 persen menjadi Rp 18,62 triliun. Meskipun demikian, tabungan dan giro masing-masing tumbuh 35,4 dan 12,6 persen menjadi Rp 11,7 triliun dan Rp 16,3 triliun. Sehingga, porsi dana murah perseroan mencapai 60,2 persen.
Bien mengatakan, BJB ingin mempertahankan beban dana atau cost of fund serendah mungkin sehingga tidak masuk ke perang bunga deposito. Untuk menjaga cost of fund sebesar lima persen, perseroan harus menaikkan dana murah. "Terbukti tabungan BJB tumbuh 35 persen," kata Bien.
Porsi DPK masih didominasi oleh rupiah meskipun mengalami penurunan sebesar dua persen. Sedangkan DPK mata uang asing tumbuh 54,1 persen menjdi Rp 493 miliar.