Selasa 11 Mar 2014 16:52 WIB

Nurbanu Sultan, Permaisuri Ottoman Berpengaruh (2-habis)

Nurbanu Sultan.
Foto: Blogspot.com
Nurbanu Sultan.

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Nurbanu menjadi bagian dari Kesultanan Ottoman dan menjalin kerja sama dengan Catherine de Medici seorang Bupati Perancis. Mereka bekerja sama dalam bidang hukum dan pengadilan.

Sejak suaminya meninggal, secara de facto dia menjadi penguasa sebagai ibu suri selama sembilan tahun, dari 1574-1583. Sejak kepemimpinannya, Nurbanu berpengaruh dalam perkembangan pembangunan dan sistem politik Kerajaan Ottoman.

Nurbanu menugaskan arsitek Mimar Sinan untuk membangun Masjid Atik Valide di Istanbul. Ia merupakan seorang istri yang setia. Pembuktiannya terjadi ketika pemerintahan yang dipimpinnya mengalami ketidakstabilan saat suaminya wafat.

Ketika itu, anaknya, Pangeran Murad, dikirim untuk melayani Gubernur Manisa di Agean. Saat itu, merupakan kesempatan bagi orang lain untuk merebut kekuasaan saat sultan wafat dan anaknya yang jauh dari ibu kota.

Nurbanu menyadari hal itu, sehingga dia mengambil tindakan dengan cepat. Menyembunyikan jasad suaminya dalam lemari pendingin merupakan cara untuk mempertahankan kekuasaan. Sehingga, orang lain mengganggap sultan masih hidup.

Keamanan dan kerahasiaan harem kesultananan merupakan yang paling penting dan harus dijaga ketat saat itu. Selama 12 hari, Nurbanu mampu menutup rapat sampai anaknya Murad kembali.

Nurbanu kemudian menjadi ibu suri, posisi tertinggi seorang wanita di Kekaisaran Ottoman. Dia menjadi sosok yang tangguh dengan pengaruh yang luas. Dia pun dikenal menjadi pionir adanya Kesultanan Wanita.

Namun, seberapa pun tinggi jabatan seorang wanita, tetapi ruang geraknya terbatas. Kemudian, dia bekerja sama dengan Esther Handali pemilik toko perhiasaan sebagai pembawa pesan untuknya.

Dengan kemampuannya memimpin Ottoman menimbulkan kebencian dari kerajaan lain. Isu yang beredar Nurbanu meninggal dunia karena dibunuh dengan diracuni agen dari Republik Genoa.

Nurbanu pun meninggal pada 7 Desember 1583. Dia dimakamkan di dekat makam suaminya, Sultan Selim II yang terletak di Masjid Hagia Sophia Sultanahmet, Istanbul, Turki.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement