REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan peningkatan aktivitas gunung api di Indonesia tidak saling terkait.
"Masing-masing gunung memiliki karakteristik sendiri kalau sudah masanya aktif ya akan aktif," kata Subandriyo di Yogyakarta, Selasa (11/3).
Pernyataannya tersebut menanggapi berbagai pendapat masyarakat tentang keterkaitan aktivitas gunung api di Indonesia, yang dinilai saling memengaruhi satu dengan lainnya.
Menurut Subandriyo, meskipun setiap gunung api di Indonesia berada pada sistem tektonik yang sama, namun tetap tidak terhubung secara langsung.
"Menurut saya ini kebetulan saja, karena memang saatnya sudah aktif secara hampir bersamaan. Gunung Merapi dan Kelud tidak bisa dikaitkan karena dilihat dari tipe magmanya saja sudah berbeda," kata dia.
Sejumlah Gunung Api di Indonesia pada awal 2014 mengalami aktivitas yang hampir berdekatan, yakni Gunung Kelud di Jawa Timur yang meletus pada 12 Februari 2014, disusul Gunung Slamet di Jawa Tengah yang berstatus waspada serta Gunung Merapi yang kembali menghembuskan asap sulfatara pada 10 Maret 2014.
Meski demikian, menurut dia, berbagai aktivitas gunung tidak dapat serta merta menunjukkan tanda-tanda erupsi, selama belum ada aktivitas lanjutan, seperti gempa tektonik, serta keluaran gas yang meningkat.
"Erupsi gunung-gunung api juga tidak dapat diukur secara siklus, karena pada kenyataannya masa istirahatnya memang juga tidak teratur, sekali waktu bisa cuma dua tahun, tiga tahun, atau bahkan empat tahun. Menurut hemat saya tidak terukur," katanya.