Selasa 11 Mar 2014 18:40 WIB

Indonesia Dinilai Punya Peluang Besar menjadi Negara Maritim

Rep: C62 Ali Yusuf/ Red: Julkifli Marbun
Hasjim Djalal
Foto: Wikipedia
Hasjim Djalal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diplomat ulung Hasjim Djalal, meminta Pemerintah RI peduli terhadap kelangsungan hidup Kelautan. Agar segala yang ada di dalam laut bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup bernegara.

"Tidak hanya mikirin otonomi daerah," kata Hasjim kepada Republika, setelah menjadi pembicara acara Simposium Nasional  bertajuk "Jalan Kemandirian Bangsa" di Golden Ballroom, Hotel Sultan, Selasa (11/3).

Selain itu kata Hasjim, kita sebagai bangsa Indonesia jangan terus berpikir mengecilkan bangsa sendiri, tapi berpikir untuk bangsa dan negara yang lebih luas.

Kata dia, sampai saat ini, Indonesia masih negara kepulauan, belum dikatakan negara maritim. Padahal Indonesia termasuk negara yang memiliki laut yang luas.

Untuk itu kata Hasjim, kita sebagai bangsa Indonesia harus pandai menjaga keamanan laut dan memanfaatkan laut demi kesejahteraan rakyat. Karena kata dia, banyak negara punya laut tapi tidak bisa memanfaatkannya.

"Malah dirusak lautnya. Atau menyuruh orang lain aja yang memanfaatkan, bukan begitu maksudnya negara maritim," katanya.

Disampaikan dia, Indonesia masih banyak kesempatan untuk menjadi negara maritim. Asal Indonesia bisa memelihara lingkungan laut dan bisa menjaga dari pencurian ikan dan segala jenis perusakan di laut.

Untuk melakukan itu, menurut Penasihat Kepala Staf Angkatan Laut, memang tidak bisa dilakukan dalam satu malam, tapi diperlukan kerja sama antar lembaga, intansi dan akademisi.

"Kerena Indonesia itu memiliki potensi untuk menjadi negara maritim," ujarnya.

Untuk itu ke depannya, siapapun yang menjadi pemimpin baik itu di tingkat eksekutif maupun legislatif dan yudikatif, harus memahami fungsi laut bagian dari pendapatan negara Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement