REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Paull Houston, tukang jahit terakhir pakaian seragam kepolisian di Qeensland, Australia, memutuskan menghentikan profesi yang telah dijalaninya selama 30 tahun. Dalam beberapa waktu mendatang, ia akan beralih menjadi desainer pakaian seragam petugas emergensi.
Paull telah menekuni profesinya cukup, hingga ia mengenal semua jenis seragam yang pernah dikenakan petugas polisi pria dan wanita yang bertugas di Qeensland.
Profesinya yang dijalaninya sangat istimewa, namun kini profesi tersebut sudah begitu langka, hingga Paull merupakan penjahit terakhir seragam kepolisian.
Dalam beberapa bulan mendatang, ia akan beralih profesi di lembaga pemerintah lainnya. "Sudah tidak ada lagi tukang jahit sekarang," katanya kepada ABC.
"Sudah tidak ada profesi yang unik seperti ini," tambahnya.
Paull telah menyaksikan berbagai perubahan dalam model seragam kepolisian.
"Seragam wanita dahulu pernah mengambil bentuk baju panjang hingga ke bawah lutut," jelasnya.
"Polisi wanita dahulu juga pernah mengenakan tas dengan kotak make up, yang juga menjadi tempat menyimpan senjata dan borgol," tambah Paull.
Ia menjelaskan, seragam polisi saat ini jauh lebih simpel dengan kemeja, dan juga cocok dengan iklim Qeensland yang panas.
Paull selama ini menjahit sekitar 1000 pasang seragam setiap tahun dengan harga rata-rata 1.600 dollar (sekitar Rp16 juta) perpasang.
"Polisi baru biasanya sangat senang mendapatkan seragam pertama mereka. Saya dan tiga karyawan saya yang mengukur seragam itu, membuatkan topi, hingga memastikan sepatunya pas," ujarnya.
Asisten Komisioner Polisi Alistair Dawson menyatakan sangat bangga mengenakan seragam hasil jahitan Paull. "Paull yang menjahitkan seragam pertama saya di tahun 1982 silam," katanya. "Rasanya menyenangkan".
Namun kini Paull akan berhenti menjahitkan seragam buat polisi. "Tapi saya sangat bangga menjalani profesi ini," katanya.