Oleh: Teguh Setiawan
Secara politik, masyarakat Muslim Turki dan Muslim Bulgaria relatif mampu bangkit dan mengikuti perkembangan zaman.
Namun dari segi keagamaan, Muslim Bulgaria cenderung gugup menghadapi perubahan akibat kejatuhan komunis. Mereka terlanjur menjadi korban objektifikasi selama era komunis, dan tidak bisa dengan mudah menerima kehadiran agama dalam kehidupan mereka.
Objektifikasi adalah proses pengafiran secara sistematis dengan menanamkan pertanyaan-pertanyaan mendasar ke dalam kesadaran seseorang atau masyarakat. Pertanyaan itu adalah; Apa agama saya? Apa pentingnya beragama dalam hidup? Bagaimana agama membimbing perilaku saya?
Objektifikasi adalah cara Uni Soviet mengafirkan semua pemeluk agama. Di Asia Tengah, objektifikasi berlangsung sedemikian rupa di masa Uni Soviet. Namun objektifikasi dapat dicegah, karena Islam menyatu dengan budaya lokal.
Objektifikasi hanya menghasilkan sedikit orang-orang kafir. Lainnya, meski tidak mempraktikkan Islam dalam kehidupan sehari-hari, tetap memelihara kepercayaan terhadap Allah SWT dan ajarannya di belakang kepala.
Di Bulgaria, sebelum objektifikasi dilakukan, komunis berusaha menghancurkan semua tradisi non-Bulgaria. Setelah itu barulah objektifikasi dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar, dan berlanjut sampai ke siswa sekolah menengah atas dan mahasiswa.
Namun, proses objektifikasi di Bulgaria cenderung berlangsung pendek, karena pemerintah kerap direpotkan oleh penghancuran tradisi non-Bulgaria.
Meski demikian objektifikasi terlanjur menghasilkan masyarakat yang menolak kembalinya semua tradisi keislaman. Generasi masyarakat Turki, Pomaks, dan orang Bulgaria pemeluk Islam lainnya–terutama yang lahir di tahun1970-an–menjadi kesulitan melihat kebangkitan Islam di sekelilingnya.