Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Lihatlah pada hampir semua program TV dipadati dengan lawak dan banyolan sepanjang malam.
Sejumlah program TV dan radio seolah mengajak para pemirsa dan pendengarnya untuk mabuk-mabukan. Hal ini pasti tidak sejalan, bahkan bertentangan dengan harapan Rasulullah SAW.
Saat-saat menjelang Subuh seharusnya kita semakin syahdu mencari berkah tengah malam. Kalau perlu, tersungkur menangisi dosa dan kegelapan masa lampau kita. Kita memohon pengampunan terhadap “kegilaan” masa lampau yang pernah kita lakukan. Bukannya kita menyerupai orang mabuk di tengah keheningan malam.
Semua pihak seharusnya merenung dan memikirkan hal ini. Terutama kepada para pemilik TV, sponsor, sutradara, pemain, dan semua pihak yang mendukungnya, termasuk para pemirsa yang ikut mabuk di depan TV mereka masing-masing.
Apakah ada berkah uang dan rezeki yang diperoleh melalui pelanggaran etika spiritual seperti itu? Hal yang memabukkan (al-muskir) bukan hanya secara harfiah berarti zat yang memabukkan, seperti minuman keras ataupun narkoba, melainkan keadaan tertentu yang diciptakan menyebabkan kita mabuk kesetanan dan lupa terhadap Tuhan.
Itu juga bisa disebut al-muskir. Ingat hadis Nabi: Kullu muskirun haramun (Segala sesuatu yang memabukkan itu haram.”
Ingat hadis lain: “Setiap darah-daging yang tumbuh di dalam diri berasal dari yang haram hanya akan bisa dibersihkan dengan api neraka.” Na’udzubillah.
Dalam keheningan malam, Alquran mengimbau kita untuk merenung, kalau perlu disertai air mata, seperti dalam firman-Nya: "Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis." (QS al-Isra [17]: 109). "Mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis." (QS Maryam [19]: 58).