Kamis 13 Mar 2014 09:34 WIB

Mahasiswa Ini Berteori: Pesawat Hilang karena Pilot Mengalami Disorientasi

Malaysia Airlines
Foto: EPA/Andy Rain
Malaysia Airlines

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang mahasiswa Universitas Stanford, Amerika Serikat, mengajukan teori lain mengenai hilangnya pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370.  Teori ini menyebar luas di internet dan tengah diverifikasi para pakar.

Andrew Aude, nama si mahasiswa berusia 20 tahun yang kuliah jurusan ilmu komputer tersebut memaparkan teorinya kepada koran Singapura, The Straits Times.

Dia mengaku belajar rekayasa kedirgantaraan karena ayahnya mengantongi lisensi pilot, sedangkan dia sendiri tumbuh besar di sekitar penerbangan. Saat SMP dia mengaku pernah menghadiri peluncuran perdana Boeing 787 bersama ayahnya.

Dalam posting Tumblr-nya, Aude mengutipkan Pedoman Kelaikan Terbang Boeing 777 dari Otoritas Penerbangan Amerika Serikat (FAA) tahun 2013 yang mengungkap kelemahan Boeing 777.

Menurut pedoman yang dia kutipkan, ada sebuah laporan mengenai "retakan pada kulit badan pesawat terbang tersebut di bawah adaptor antena komunikasi satelit (satcom)".

Dari sini, dia berteorisasi bahwa MH370 mungkin mengalami masalah serupa yang kemudian menciptakan gangguan pada komunikasi berbasis satelit di samping dekompresi (tekanan udara di dalam kabin berkurang secara tiba-tiba) secara perlahan pada pesawat yang membuat penumpang tidak sadar dan para pilot mengalami disorientasi.

"Jika dekompresi itu berlangsung cukup pelan, maka mungkin para pilot tidak sadar untuk mengenakan masker oksigen sampai segalanya sudah begitu terlambat," tulis dia.

Dia juga mencatat, pesawat Boeing 777 tidak menyebarkan masker oksigen, sampai ketinggian kabin mencapai 13.500 kaki.

Kemudian, penumpang mungkin menjadi tidak sadar akan adanya dekompresi perlahan, apalagi MH370 adalah penerbangan "red-eye" (berangkat malam hari, tiba pagi hari) sehingga kebanyakan penumpang berusaha tidur dan ini mengaburkan efek kekurangan oksigen.

Fungsi autopilot akan menjamin pesawat tetap berada di jalur dan ketinggiannya, sebelum jatuh ke Laut China Selatan, Laut Jepang atau Samudera Pasifik yang bermil-mil jauhnya dari zona pencarian di Laut China Selatan di mana upaya pencarian difokuskan dalam beberapa hari belakangan.

Premis-premis ini mendorong Andrew Aude menyimpulkan bahwa hilangnya pesawat itu mungkin bukan merupakan dekompresi yang eksplosif atau disintegrasi selama penerbangan.

Teori sang mahasiswa ini masuk daftar penjelasan tentang kemungkinan penyebab pesawat hilang yang sebelumnya sudah termasuk kesalahan mesin, meledak di udara, dan sabotase. Tapi teori dekompresi pelan ini tidak didukung oleh bukti kongkret.

Aude menuliskan analisisnya setelah menemukan Pedoman Kelaikan Terbang FAA pada forum-forum PPRUNE.

"Pada forum yang sama saya mendapati fakta betapa beberapa sistem radar Boeing 777 tergantung pada satcom dan GPS. Saya telah mengamati fakta-fakta ini bersama dengan dering ponsel dan gumam pilot, lalu saya mengajukan penjelasan ini".

PPRUNE singkatan dari Professional Pilots Rumour Network (jejaring rumor pilot profesional), yaitu website penerbangan bagi para pilot pesawat dan penggemar dunia penerbangan, demikian The Straits Times dalam lamannya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement