Kamis 13 Mar 2014 17:28 WIB

Prof Utang Ranuwijaya: Paranormal Bukan Solusi (1)

Seorang dukun tengah melakukan ritualnya (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Seorang dukun tengah melakukan ritualnya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam menjalani rona kehidupan, tiap manusia pasti akan menghadapi berbagai cobaan. Ada yang diuji dengan keterpurukan ekonomi, permasalahan asmara, atau problematika hidup lainnya.

Datang ke paranormal dan melimpahkan segala urusan itu kepada “orang pintar” tersebut tidak aman menyelesaikan masalah. Justru, mendatangkan soalan baru, yakni terjerumus dalam sirik.

“Jalan keluar bukan paranormal atau dukun,” ujar Ketua Komisi Kajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Utang Ranuwijaya. Berikut, perbincangan wartawan Republika Erdy Nasrul dengan guru besar IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, itu seputar bahaya paranormal.

 

Percaya paranormal apa hukumnya?

Islam tidak mengajarkan umatnya untuk mendatangi, apalagi meyakini paranormal atau dukun. Ada unsur pengabaian keesaan Allah SWT jika seseorang mendatangi, bahkan meyakini dukun. Imam Syamsuddin az-Zhahabi dalam kitab al-Kabair menyatakan, pengabaian tauhid adalah syirik. Dosa tersebut adalah dosa besar paling utama. Berat hukumannya. Kita harus menghindari itu.

Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, barang siapa mendatangi dukun lalu bertanya tentang sesuatu maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 hari. Akan sangat tragis. Kita nantinya hanya melakukan kesia-siaan jika menyambangi, bahkan bertanya kepada mereka.

Hadis riwayat Muslim lainnya bahkan menegaskan kalau sampai meyakini dukun maka seseorang telah kafir. Islam tegas menjelaskan bahwa perdukunan sangat dilarang. Kita bisa berbuat maksimal untuk kemaslahatan bersama tanpa harus bergantung kepada dukun dan paranormal. Mereka sama kok, manusia seperti kita. Kalau mau meyakini, ya harus kepada Allah karena Allah jelas sebagai Zat Mahatinggi.

Apa definisi paranormal?

Praktik sihir, ramal, dan perdukunan sendiri telah dikenal di masyarakat Arab dengan beberapa istilah. Para dukun dan peramal itu terkadang disebut kahin. Al-Baghawi  mengatakan bahwa kahin adalah seseorang yang mengabarkan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ada pula yang mengatakan, kahin adalah yang mengabarkan apa yang tersembunyi dalam kalbu.

Disebut juga arraf. Masih menurut al-Baghawi, arraf adalah orang yang mengaku-ngaku mengetahui urusan-urusan tertentu melalui cara-cara tertentu yang darinya ia mengaku mengetahui tempat barang yang dicuri atau hilang.

Dukun disebut juga raml. Raml dalam bahasa Arab berarti pasir yang lembut. Raml adalah seorang tukang ramal yang menggaris-garis di pasir untuk meramal sesuatu. Ilmu ini telah dikenal di masyarakat Arab dengan sebutan ilmu raml.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement