REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG-- Korea Utara membantah kapal tanker minyak yang bertransaksi dengan pemberontak Libya di Sidra adalah di bawah tanggung jawabnya, Kamis (13/3). Mereka mengatakan, kapal berbendera Korea Utara yang juga berhasil melarikan diri dari penahanan anggota negara OPEC itu, dioperasikan oleh perusahaan Mesir.
Beberapa waktu lalu, pemberontak Libya yang membajak pelabuhan minyak Libya berhasil melakukan penjualan minyak mentah pertama. Pejabat Libya menganggapnya sebagai penghinaan besar bagi Tripoli. Korea Utara mengatakan tanker tersebut memang diizinkan menggunakan bendera Korea Utara tapi dibawah perjanjian khusus.
Hal ini telah dikabarkan kepada Libya dan Organisasi Maritim Internasional. KCNA melansir bahwa Korea Utara telah mengizinkan sebuah perusahaan Mesir, Golden East Logistic untuk menggunakan benderanya di bawah kontrak selama enam bulan. Namun, Korut mengatakan perusahaan Mesir itu telah melanggar perjanjian.
Perjanjian itu ditandatangani pada akhir Februari. Tidak jelas bagaimana tanker merencanakan untuk berlayar. Juru bicara Administrasi Maritim Korea Utara, masih dikutip dari KNCA yang dilansir AFP, Korut diinformasikan oleh Libya langsung terkait kapal tersebut.
"Setelah diberitahu oleh pihak Libya, kami menduga perusahaan Mesir itu melanggar kontrak dan meminta kapal meninggalkan pelabuhan tanpa memuat minyak," katanya.
Korut mengatakan Pyongyang telah membatalkan dan menghapus kapal dari registry DPRK karena mereka melanggar perjanjian. Korut juga melarang mereka mengangkut cargo.
"Jadi, kapal itu sekarang tidak ada hubungannya dengan DPRK (Sebutan mereka untuk negaranya, Democratic People's Republic of Korea- Rakyat Demokratik Republik Korea), kami juga tidak memiliki tanggung jawab apa pun terhadap kapal," kata pernyataan dari Administrasi Maritim Korea Utara yang disiarkan oleh kantor berita resmi KCNA.
Pejabat Libya mengatakan kapal itu berbendera Korea Utara untuk menjaga rahasia kepemilikan. Hal ini tidak biasa untuk sebuah kapal tanker minyak berbendera untuk beroperasi di Mediterania. Sumber-sumber dari jasa pengiriman mengatakan kemungkinan kapal itu mengubah kepemilikan.
Kapal tanker bertitel Morning Glory itu membawa sekitar 234 ribu barel minyak mentah dari terminal Sidra. Kapal kemudian ditangkap setelah diancam akan diserang oleh pemerintah Libya. Tapi kemudian kapal berhasil melarikan diri.