Kamis 13 Mar 2014 20:13 WIB

Bus Karatan Gerogoti Citra Jokowi

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Karta Raharja Ucu
 Seorang petugas memperbaiki bus TransJakarta yang mogok di Jalan Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat, Selasa (25/2). (foto: Raisan Al Farisi)
Seorang petugas memperbaiki bus TransJakarta yang mogok di Jalan Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat, Selasa (25/2). (foto: Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menolak bertemu dengan Michael Bimo Putranto yang datang ke Balai Kota Jakarta, Rabu (12/3). Bimo datang untuk mengklarifikasi tudingan Ahok yang menyebutnya sebagai broker bus asal Cina.

Mencuatnya nama Bimo yang disebut-sebut sebagai orang dekat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dinilai menggerogoti citra Pemerintah Provinsi DKI. Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bahkan menyebut Bimo sering 'menjual' nama Jokowi untuk mendapatkan proyek.

Tak terima dengan tuduhan Ahok, Bimo menyambangi Balai Kota Jakarta, Rabu (12/3). Ia sengaja datang ke Balai Kota untuk mengklarifikasi tudingan Ahok. “Aku mau klarifikasi. Karena, kemarin Pak Ahok bilang aku suka minta-minta proyek,” ujar Bimo kepada wartawan di ruang tamu Balai Kota. Pria berambut cepak ini datang ditemani seorang rekannya.

Sayangnya, Ahok menolak berbincang dengan Bimo yang datang dari Solo. Seusai rapat dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Ahok menghampiri Bimo yang datang mengenakan sweater hitam. “Pak Bimo ya?” kata Ahok kepada Bimo.

“Iya, Pak, saya mau klarifikasi. Minta waktu untuk bicara empat mata,” jawab pengusaha kayu tersebut. Namun, ajakan Bimo itu langsung ditolak Ahok. Mantan bupati Belitung Timur itu beralasan ada rapat. Setelah sempat bersalaman, Ahok langsung meninggalkan Bimo dan kembali ke ruangannya. Sementara, Bimo langsung pulang.

Bimo membantah kabar jika ia pernah terbang ke Cina bersama pejabat Dinas Perhubungan DKI untuk mengunjungi pabrik Ankai. Meski mengaku kenal dengan sejumlah pejabat Dishub, Bimo menegaskan perjalanan mengunjungi pabrik bus tersebut tidak pernah ada.

“Saya tidak pernah ke Ankai,” ujar dia. Namun, Bimo tidak membantah pernah datang  ke Negeri Tirai Bambu bersama Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azas Tigor Nainggolan. Tetapi, ia mengklaim perjalanan itu hanya plesiran biasa dalam rangka liburan bersama istri.

Kepada wartawan, ia mengaku heran mengapa namanya disebut-sebut ikut terlibat dalam pengadaan 656 bus Transjakarta dan BKTB yang bermasalah. Bimo menduga ada pihak yang sengaja ingin menjatuhkan namanya. “Mungkin ada orang yang tidak suka dengan saya, lalu jadi dihubung-hubungkan seperti ini. Ini kan tahun politik,” ujar pengusaha kayu asal Solo ini.

Sementara, Azas Tigor membantah pernah ke Cina untuk pleserin bersama Bimo. Tigor menjelaskan, ia memang pernah pergi ke Negeri Panda pada 31 Oktober sampai 3 November 2012. Tapi, perjalanan tersebut bukan untuk plesiran, melainkan menghadiri workshop Bus Rapid Transit (BRT) yang diselenggarakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Cina.

"Itu bukan jalan-jalan, tapi undangan untuk belajar BRT," ujar Azas Tigor kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (12/3).

Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) tersebut juga membantah pernyataan Bimo yang menyebut mereka membawa istri saat acara jalan-jalan ke Cina. Ia berkata, empat orang aktivis dari Fakta dan juga Bimo tak ada yang membawa anggota keluarga mereka.

Awalnya, Azis mendapat kabar Gubernur Jokowi yang akan datang untuk menghadiri workshop  tersebut. Tapi, ternyata saat rombongan kumpul di bandara yang datang justru Bimo dan dua rekannya. "Dia bilang, dia utusannya Jokowi," kata Tigor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement