Jumat 14 Mar 2014 08:29 WIB

Pondok Pesantren Pendidikan Islam Tertua di Indonesia (Bagian-1)

Pendidikan di pondok pesantren (ponpes)
Foto: Damanhuri/Republika
Pendidikan di pondok pesantren (ponpes)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hannan Putra

Pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak 1596.

Pondok pesantren atau sering disingkat pondok atau ponpes adalah lembaga pendidikan klasikal yang sudah lama mengakar di masyakarat Indonesia.

Seperti tercantum dalam catatan seorang pengkaji keislaman di Indonesia, Howard M Federspiel, kegiatan pendidikan agama di nusantara telah dimulai sejak 1596.

Bahkan, menurut Federspiel, menjelang abad ke-12 sebenarnya juga telah ditemukan manuskrip-manuskrip yang menerangkan tentang pusat-pusat studi Islam di nusantara. Pusat pengkajian Islam tersebut adalah cikal bakal pesantren.

Istilah pesantren berasal dari kata pesantrian. Santri sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti murid. Sedangkan, istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduuq yang berarti penginapan.

Jadi, pondok pesantren secara harfiah berarti sebuah asrama pendidikan. Mereka tinggal bersama seorang guru atau yang lebih populer disebut kiai.

Setiap hari, mereka dibina sang kiai atau santri-santri yang lebih senior. Para santri diajarkan berbagai macam ilmu agama dan sistem yang klasik. Di samping itu, secara akhlak dan kepribadian mereka juga dibimbing agar lebih dekat dengan Tuhan.

Di Jawa, Sunda, dan Madura, ponpes sering disebut dengan nama pondok. Sedangkan, di Aceh dikenal dengan istilah dayah, rangkang, atau menuasa. Dan, di Minangkabau (Sumatra Barat) lebih dikenal dengan itilah surau. Intinya tetap sama, yaitu asrama pendidikan agama.

Seiring perkembangan, ponpes-ponpes yang tersebar di nusantara sudah dikelola lebih modern. Tak ubahnya dengan sekolah-sekolah pada umumnya, ponpes juga menyediakan fasilitas, seperti ruang belajar, masjid, tempat olah raga, hingga laboratorium penelitian.

Cendekiawan Zamakhsari Dhofir mengatakan, fungsi kiai bagi santri-santrinya tak ubahnya sebagai pengganti sosok bapak di keluarga.

Kepada kiai merekalah para santri melabuhkan kasih sayang mereka yang jauh dari orang tua itu. Sementara, bagi kiai sendiri, para santri merupakan titipan Tuhan yang harus senantiasa dijaga dan dilindungi.

Keadaan pondok pada masa kolonial sangat berbeda dengan keberadaan pondok sekarang. Imron Arifin dalam bukunya Kepemimpinan Kyai menyebutkan, pertumbuhan ponpes pada awalnya tidaklah mudah.

Terutama, pada masa kolonial, kondisi ponpes hanyalah berupa gedung berbentuk persegi yang dibangun dari bambu.

Di beberapa desa yang sudah makmur, ponpes sudah dibangun dari kayu, seperti tiang penyangga dan dinding. Tapi, tetap saja kondisinya sangat terbatas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement