REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK-- Seorang pemuda ditikam sampai mati dan lebih selusin orang dilarikan ke rumah sakit pada Kamis, setelah para demonstran yang bersaingan bentrok di kota timur Ukraina, Donetsk, yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia, kata petugas medis.
Dalam kekerasan terburuk sejak penggulingan presiden Ukraina yang didukung Moskow, ratusan orang melambaikan bendera Rusia dan berdoa untuk Presiden Rusia Vladimir Putin bentrok di pusat Lapangan Lenin dengan para demonstran yang mengibarkan bendera Ukraina dan mengutuk pengambilalihan Rusia atas Krimea.
Pada larut malam, jalan-jalan tenang lagi. Otoritas kesehatan setempat mengatakan seorang pria lokal 22-tahun meninggal akibat luka pisau dan 15 orang lainnya dirawat di rumah sakit. Penyelenggara demonstrasi pro-Uni Eropa, yang juga mengecam pengambilalihan Krimea oleh Rusia, mengatakan pemuda yang tewas adalah dari kelompok mereka.
Wartawan melihat polisi mencoba dan gagal beberapa kali untuk mengendalikan kedua pihak saat massa yang bersaingan saling melemparkan bom asap dan rudal-rudal. Perkelahian tersebar pecah di sekitar alun-alun dan
jalan di dekatnya ketika para demonstran mulai bubar.
Para aktivis yang menentang langkah Rusia di Krimea mengatakan kemudian bahwa dua demonstran meninggal, namun para pejabat mengatakan mereka tidak memiliki informasi mengenai hal itu. Donetsk adalah kota utama di jantung industri Donbass, Ukraina, di dekat perbatasan Rusia.
Para pejabat Ukraina menuduh Rusia mendukung kelompok-kelompok pendukung di daerah yang setuju dengan pemerintahan Moskow dan mengirim gerilyawan melintasi perbatasan. Tiga pekan lalu, sekitar 100 orang tewas di ibu kota Kiev, banyak dari mereka disebabkan oleh tembakan polisi, dalam bentrokan yang dikobarkan presiden dukungan Moskow Viktor Yanukovich yang melarikan diri.
Dia juga memicu aksi-aksi protes pada November ketika menolak kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan mendukung bantuan ekonomi dari Rusia.