REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Sejumlah peneliti di Amerika Serikat mengungkapkan, nomor telepon yang dihubungi oleh seseorang dan banyak banyak informasi yang bisa didapat tentang orang itu. Temuan ini selaras dengan kekhawatiran di Australia tentang keamanan data pribadi.
Temuan tentang data telepon ini dihasilkan oleh studi yang dilangsungkan oleh Stanford University. Dalam penelitian tersebut, para partisipan diajak memasang aplikasi bernama MetaPhone di ponsel mereka.
Para peneliti kemudian mengumpulkan data selama beberapa bulan. Dari data itu,mereka mengaku bisa memprediksi kondisi kesehatan, hobi, dan hubungan sosial seseorang hanya dari metadata yang terkumpul.
"Salah satu yang paling mengkhawatirkan tentang hal pribadi yang kita ungkap adalah betapa mudahnya menyimpulkan sesuatu tentang metadata dalam skala besar," cerita Jonathan Mayer, seorang mahasiswa yang memimpin penelitian tersebut.
Menurut Mayer, salah satu partisipan menelepon tempat penampungan kayu, tukang kunci, pedagang hidroponik, dan toko bong [alat penghisap narkotika]. "Tak perlu punya gelar doktor ilmu komputer untuk menebak apa yang terjadi di situ," jelasnya baru-baru ini.
Ia terkejut melihat begitu banyak informasi yang terungkap hanya dari data beberapa bulan tersebut.
"Bagi individu-individu tertentu, informasi tentang kondisi medis mereka merupakan sesuatu yang rahasia, yang lain ingin merahasiakan kepemilikan senjata, agama. Tapi kita bisa menemukan ini semua hanya dari metadata telepon," jelas Mayer.
Aplikasi MetaPhone terkadang digambarkan sebagai versi mini Agen Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), karena bisa mengumpulkan data serupa.
Tahun lalu, dokumen dari mantan kontraktor NSA Edward Snowden mengungkapkan bahwa organisasi-organisasi intelijen Australia pernah menawarkan metadata mentah ke pihak sekutu.
Seringkali, dalam perdebatan aksi penyadapan, dibedakan antara kandungan pembicaraan dan metadata.
Perdana Menteri Tony Abbott juga pernah berkomentar "Setahu saya, materi yang disebut di berita [surat kabar] Guardian, itu data biaya telepon. Itu memang sudah ada, tapi ada perbedaan besar antara data biaya dan kandungan panggilannya," saat ditanya soal kebocoran data Snowden bulan Desember lalu.
Saat ini, Komite Senat Australia tengah mengkaji hukum surveilans masyarakat, sebagai bagian tinjauan terhadap Undang-undang Telekomunikasi.
Setelah diprotes, pemerintah pusat akhirnya tidak jadi mewajibkan penyedia jasa internet (ISP) menyimpan data internet dan telepon selama dua tahun. Tapi, bulan Februari lalu, Kepolisian Australia kembali meminta agar diberi lebih banyak kekuasaan seputar penggunaan dan penyimpanan metadata internet dan telekomunikasi.
Menurut Asisten Komisioner Kepolisian Tim Morris, metadata tersebut termasuk waktu panggilan, lama panggilan dan nomor yang dituju.
Dari itu saja, menurut Mayer, bisa diambil berbagai kesimpulan. "Inilah realitas metadata telepon. [data itu] amat sensitif, dan kebijakan serta pembahasan harus dimulai dari kesensitifan itu," komentarnya.