REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sudjito mengatakan, deklarasi pencalonan presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dari PDIP telah menjawab dengan gamblang teka-teki siapa yang akan diusung parpol tersebut. Pencapresan Jokowi ini menurutnya juga harus diimbangi dengan kinerja calon legislatif (caleg) yang bagus, karena elektabilitas Jokowi yang cukup tinggi.
"Namun Pe-er (pekerjaan rumah) PDIP ke depan adalah bagaimana parpol ini bisa mencarikan partner yang tepat yang bisa dipasangkan dengan Jokowi. Ini penting," ujarnya kepada Republika, Jumat (14/3).
Partner Jokowi ini diharapkan nantinya justru tidak "menggembosi" elektabilitas capres PDIP itu sendiri. Selain itu kata Arie, baik PDIP maupun Jokowi harus tetap menjaga hubungan dengan parpol lain. "PDIP maupun Jokowi jangan meremehkan parpol lain, jangan diabaikan tetap menjaga hubungan dan tetap elegan," ujarnya.
Dengan hal itu kata dia, maka pencapresan Jokowi ini jelas akan banyak mengkatrol suara PDIP pada Pemilu April mendatang.
Saat ditanya tentang kedudukan sebagai Gubernur DKI Jakarta, Arie Sudjito mengatakan, sudah menjadi konsekuensi logis maka Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang harus menggantikannya. "Tentunya dengan deal-deal tertentu dan itu harus dibicarakan dengan baik," katanya.