REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Menjelang referendum yang akan digelar di Krimea, Amerika dan Rusia pun menggelar perundingan di London. Dilansir dari BBC, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyampaikan kepada Sergei Lavrov bahwa referendum Krimea dan intervensi militer Rusia dapat memicu negara-negara Barat dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi.
Menjelang pembicaraan, di kediaman duta besar AS di Regent Park, Kerry berharap diskusi tersebut dapat memecahkan beberapa perbedaan pandangan serta dapat menemukan solusi dari masalah tersebut.
Sementara itu, Lavrov menyebut situasi yang tengah terjadi ini merupakan situasi yang sulit. "Banyak peristiwa yang terjadi dan banyak waktu yang terbuang," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague bersama dengan Perdana Menteri David Cameron menyatakan dalam pertemuan Menlu AS dan Rusia, kemajuan akan sulit dilakukan. "Faktanya, sejauh ini Rusia belum mengambil langkah apapun untuk mengurangi ketegangan sehingga akan membuat situasi lebih sulit," katanya.
Sebelum sampai di London, Kerry pun memperingatkan Eropa dan Washington akan mengambil langkah serius pada Senin mendatang jika tidak ada kemajuan apapun terkait referendum Krimea. Namun, lanjutnya, AS tidak ingin menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Rusia.
Kerry pun dinilai dapat mengusulkan kepada Moskow untuk menghentikan proses pemisahan diri Krimea jika referendum tidak dapat dihentikan. Namun, hingga kini pun tak ada tanda-tanda Rusia akan mempersiapkan hal ini.
Beberapa hari sebelumnya, Rusia pun bersikukuh tidak berniat untuk melakukan perang dengan Ukraina. Namun, duta besar Moskow untuk PBB Vitaly Churkin membela hak Krimea untuk melakukan referendum.
Intervensi Rusia di Krimea ini dilakukan setelah mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych terguling.