Oleh: Ani Nursalikah
Ikatan budaya dan ekonomi antara Tatar dan Turki tumbuh dengan cepat. Hal itu tercermin dari Festival Teater Internasional Rakyat Turki navruz yang diadakan selama satu pekan di Akademi Teater Negeri Kamal Tatar.
Festival itu menyajikan sekitar 12 pertunjukan drama. Sebagai bagian dari kampanye itu adalah merapikan situs sejarah Kazan, salah satunya merenovasi rumah tempat novelis Leo Tolstoy pernah tinggal bersama bibinya saat ia masih mahasiswa.
Begitu juga renovasi bangunan yang pernah ditinggali Maxim Gorky saat bekerja sebagai pemanggang roti pada awal abad ke-20. Rumah bata megah yang pernah menaungi Lenin sebelum ia diusir dari Universitas Kazan pada 1887 pun sekarang diubah menjadi museum.
Selain teater, musik, dan museum kelas dunia, ada festival internasional bagi opera, balet, film Muslim, band rock dan hip hop. Sirkus di kota ini merupakan yang terbaik di Rusia.
Sebuah festival musik kontemporer tahunan bertajuk “Eropa-Asia” menyatukan komposer dan seniman dari seluruh Rusia, Prancis, Amerika, Cina, Mongolia, Tajikistan, dan negara-negara lain. Bangunan baru dibuat sebagai persiapan Universiade 2013, semacam olimpiade musim panas bagi mahasiswa yang diharapkan dapat menarik 12 ribu atlet dari 170 negara.
Tidak bisa dimungkiri bahwa warga Kazan sangat bangga dengan identitas Tatar mereka. Mereka melestarikan budaya Tatar dengan cara yang mereka bisa. Di satu sisi, mereka menjaga hubungan persaudaraan dengan sesama warga Rusia.
Meski pernah distereotipkan sebagai kaum barbar, mereka tetap berpegang teguh pada budayanya. Kunci melestarikan identitas mereka terletak pada hubungan generasi yang kuat.
Kaum Tatar mengisolasi diri saat masa kekuasaan Rusia agar tidak terpengaruh budaya Rusia. Setiap desa seperti sebuah negara kecil yang independen. Dengan cara ini, mereka mampu melestarikan warisan budaya selama berabad-abad.