Sabtu 15 Mar 2014 17:26 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Konsep bangunan hijau idealnya bukan hanya sekedar gimmick atau iming-iming guna mendongkrak penjualan. Urgensi melalui pengejawantahan konsep jauh lebih penting dari itu.
Ini karena, bangunan hijau memiliki berbagai nilai lebih utamanya pada pelestarian lingkungan. Sisi hemat energi, air dan non emisi merupakan contohnya. Tiga elemen itulah, yang kini belum terealisasi dengan baik. Biaya pembangunan yang menjulang ditenggarai menjadi kendala.
Sudah lama pengembang properti di Indonesia merintis upaya memerangi pemanasan global, mengurangi emisi CO2, serta menghemat penggunaan energi demi kehidupan dan dunia yang lebih baik bagi manusia dan lingkungan.
Gedung Sinar Mas Land Plaza merupakan salah satu contohnya. Bangunan yang diresmikan tahun 2012 ini sukses mengimplementasikam konsep hijau yang berbuah penghargaan internasional. Dari penerapan konsep properti hijau, Bangunan Sinar Mas Land Plaza dapat menghemat energi hingga 31 persen, hemat air 23 persen dan non emisi CO2 sampai 600 ton per tahun.
Urgensinya kian penting ketika bisnis properti berskala besar terlanjur identik dengan ancaman kelestarian alam, seperti hilangnya daerah resapan air, lahan hijau dan penggunaan alat berat yang merusak tanaman dan lahan subur.
Bila menilik konsep bangunan hijau, memang banyak hal yang mesti terpenuhi. Mulai dari tantangan alam, kualitas, keamanan dan teknologi pendukung. Intinya, bangunan bukanlah sekedar memanjakan mata, melainkan psikologi, sosiologis dan ekonomi. Karena bangunan itu adalah bagian dari denyut kehidupan peradaban.