Ahad 16 Mar 2014 21:24 WIB

Awas, Jual Beli Agama Lewat Pengobatan Alternatif

Rep: Agus Yulianto/ Red: A.Syalaby Ichsan
Dukun Santet
Foto: Google
Dukun Santet

REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH -- Masyarakat harus mewaspadai praktik pengobatan alternatif dengan membawa-bawa nama Islam. Pasalnya, disadari atau tidak, pengobatan alternatif tersebut rentan dibarengi praktik jual beli agama.

Salah satunya, mereka yang menjanjikan kesembuhan atas suatu penyakit, dengan menjual serangkaian doa dan jimat dalam paket harga tertentu yang disebut mahar.

 “Masyarakat harus berhati-hati. Sebab, ditempelkan ke hal apapun, sepanjang ia bertujuan untuk komersil, tentu tidak boleh. Agama tidak bisa diperjualbelikan,” kata budayawan Acep Iwan Saidi kepada //Republika// akhir pekan lalu.

 Ais, sapaan akrabnya, menjelaskan, pengobatan alternatif, apalagi dengan memperdagangkan jampi-jampi dan doa, bukanlah warisan kebudayaan. Sebab, orang-orang dahulu berobat dengan mengeksplorasi kekuatan alam, baik fisik maupun nonfisik.

Kekuatan alam secara fisik diterapkan misalnya melalui racikan dedaun atau akar pohon, atau melakukan teknik pijat tertentu. Sementara kekuatan alam secara nonfisik dilakukan dengan membaca jampi-jampi atau mantra.

 

“Jampi-jampi adalah doa sesuai dengan keyakinan yang mereka ketahui. Nenek moyang yang belum mengenal agama jelas tidak tahu apa yang disebut musyrik atau syirik,” lanjut Pengajar pascasarjana di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Dalam konteks kebudayaan, lanjut Ais, sesuatu berguna, bernilai, bermanfaat jika ia "duduk" di dalam ruang dan waktunya. Sebutan “pengobatan Alternatif”, ada setelah pengobatan medis yang dipandang modern datang dari Barat.

“Untuk manusia modern, dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, dianggap lebih tepat jika berobat melalui jalur medis yang modern, maka disebutlah pengobatan dengan menggunakan eksplorasi kekuatan alam dengan nama Pengobatan alternatif,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement