Senin 17 Mar 2014 07:34 WIB

Empat Pertanyaan Belum Terjawab Tentang Hilangnya MH370

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Fernan Rahadi
Malaysia Airlines
Malaysia Airlines

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sejumlah ahli mengalihkan perhatian mereka kepada kru dan awak pesawat terkait dengan hilangnya Malaysia Airlines MH370 lebih dari sepekan lalu. Setidaknya ada empat pertanyaan yang belum terjawab tentang peristiwa tersebut, dilansir dari The Guardian, Senin (17/3).

1. Siapakah yang mengendalikan pesawat ketika menghilang?

Ahli penerbangan udara telah menyatakan bahwa sistem komunikasi dan navigasi pesawat tiba-tiba berhenti. Itu hanya bisa dilakukan oleh seseorang dengan pengalaman terbang dan pengetahuan teknis yang cukup. Ini berarti fokusnya adalah kapten pilot atau co-pilot.

Kecurigaan selanjutnya adalah adanya dugaan pesan terakhir berupa, "baiklah, selamat malam" dari kokpit pesawat. Pesan itu dibuat sesaat setelah sistem komunikasi dimatikan. Namun, pejabat berwenang Malaysia masih belum menyatakan siapakah yang berbicara itu, pilot atau co-pilot pesawat?

"Ini adalah komunikasi radio yang dapat mendistorsi suara Anda. Suaranya cukup banyak dan kita tidak tahu siapa yang berbicara, pilot, co-pilot, atau orang ketiga," kata ahli kontrol lalu lintas udara dari universitas North Dakota, Paul Drechsel.

Komunikasi suara kontrol lalu lintas udara secara rutin dicatat di AS. Namun, ada banyak sekai rekaman yang dicatat sehingga untuk mendeteksi pesawat MH370 membutuhkan usaha ekstra. Kementerian Transportasi Malaysia menyatakan bahwa pilot (Kapten Zaharie Ahmad Shah, 53 tahun) atau co-pilot  (Fariq Abdul Hamid, 27) tidak minta untuk terbang bersama, sehingga mengurangi kecurigaan  bahwa keduanya merencanakan pengalihan pesawat ini.

2. Apa yang kita ketahui tentang awak pesawat dan penumpang MH370?

Kepolisian Malaysia mengumumkan bahwa mereka telah menggeledah rumah pilot dan co-pilot pesawat sampai akhir pekan lalu. Mereka juga mendata latar belakang semua awak pesawat yang terbang juga penumpangnya.

Badan intelijen asing juga tengah mengumpulan informasi tentang penumpang dari masing-masing negara asalnya. Namun, beberapa negara masih belum mengonfirmasi pemeriksaa itu. Jadi, belum jelas bagaiman hasil dari proses pemeriksaan itu. Apakah pihak berwenang di Malaysia sudah menghubungkan informasi itu dengan link organisasi teroris atau kriminal?

3. Mengapa tak seorang pun di dalam pesawat memberikan kode peringatan saat pesawat diduga bermasalah?

Beberapa orang bertanya mengatapa tidak satupun kru dan awal pesawat yang menyadari ada sesuatu yang salah di dalam pesawat. Misalnya, mereka menyadari pilot pingsan, dan mereka di luar kokpit kemudian mengirimkan sinyal atau alarm. Ini memunculkan bahwa penumpang dan awaknya diteror, melalui sebuah ancaman.

Teori lain mengatakan kemungkinan seseorang yang membajak pesawat mengendalikan pesawat hingga ke ketinggian 45 ribu kaki. Ini kemudian akan melumpuhkan seluruh penumpang pesawat sebab mereka akan mengalami hipoksia alias kekurangan oksigen yang dengan cepat menyebabkan disorientasi kesadaran, bahkan kematian.

Namun, Boeing-777 dirancang hanya bisa terbang sampai ketinggian maksimal 43 ribu kaki. Apalagi, di dalam pesawat tentunya ada pasokan oksigen yang cukup dan masker oksigen.

Akhirnya, kemungkinan ketiga muncul, yaitu ada yang mengendalikan pesawat untuk keluar dari jalurnya. Itu artinya, MH370 terbang ribuan mil di luar jalurnya dengan kondisi kru pesawat yang seluruhnya sadar, namun tidak menyadari penerbangan mereka sudah keluar jalur, hingga akhirnya komunikasi dalam bentuk apapun tidak bisa terdeteksi lagi.

4. Apa yang kita pelajari dari perekam suara di kokpit?

Kotak hitam pesawat yang menyimpan seluruh data penerbangan harus ditemukan lebih dulu. Sayangnya, posisi terakhir pesawat ini masih belum diketahui. Bahkan, jika perkiraan lokasi jatuhnya pesawat itu diketahui, kekuatan sinyal dari perekam ini bisa dipengaruhi oleh kedalaman air laut dan hanya bisa mengirimkan sinyal selama 30 hari saja. Itu artinya, waktu pencarian kotak hitam ini juga terbatas.

Ini sempat terjadi pada pesawat Air France yang jatuh di Samudera Atlantik pada 2009 lalu. Kotak hitamnya baru bisa ditemukan dua tahun kemudian. Namun, perekam suara yang terdata hanyalah dua jam pertama saja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement