REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Pertahanan didukung kemenhan dan kemenlu menyelenggarakan Jakarta Internasional Defence Dialogue (JIDD) keempat di Jakarta Convention Center pada 19 dan 20 Maret. Rencananya, Wapres Boediono akan membuka acara yang bertemakan Building Maritime Collaboration for Security and Security itu.
Perdana Menteri Republica Democratica De Timor Leste, Xanana Gusmao menjadi pembicara kunci. Dari 51 negara yang diundang, sebanyak 47 negara akan mengirimkan delegasinya untuk terlibat dalam dialog ini.
Ketua panitia Marsdya (Purn) Errys Heryanto mengatakan, JIDD merupakan ajang dialog informal internasional tahunan yang membahas isu penting seputar pertahanan dan keamanan yang mencakup negara ASEAN serta Eropa dan Afrika.
"Acara ini akan mengupas isu-isu terkini mengenai tantangan keamanan maritim dengan tujuan utama untuk mendorong peningkatan kerja sama bilateral dan multilateral dalam menyelesaikan permasalahan maritim," kata Errys di kemenhan, Senin (17/3).
Menurut dia, keamanan maritim dan kerumitan masalah yang meliputinya membutuhkan kerja sama dan kolaborasi antarnegara dan badan regional serta internasional. Hal itu merujuk pada masalah maritim bukan hanya menjadi kepentingan nasional masing-masing negara saja. Tetapi juga dalam menciptakan dunia.
Dengan begitu, setiap negara merasa yang lebih aman dan terlindungi dari ancaman yang berasal dari masalah batas laut. "Penyelenggara berusaha untuk menyediakan forum bagi para pejabat dan ahli untuk membahas tren saat ini dan berkembang di wilayah Asia Pasifik," ujar Errys.
Plt Dirjen Potensi Pertahanan Kemenhan Timbul Siahaan mengatakan, juga mengundang Menteri Pertahanan Australia David Johnston. Kedatangan Johnston akan dimanfaatkan Menhan Purnomo Yusgiantoro untuk membahas masalah yang membelit kedua negara. Karena itu, akan diagendakan pertemuan bilateral di luar diskusi tersebut.
Hanya saja, ia tidak menyebut, apakah persoalan penyelundupan manusia akan termasuk yang dibahas. "Kita dan Australia tidak ada masalah dalam bidang multilateral. Harus hati-hati dalam menyikapi ini, jangan ditafsirkan yang tidak-tidak. Dalam konteks bilateral kita terus berdialog," kata timbul.