REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah
Saudi Arabia Airlines didesak memberi ganti rugi.
JAKARTA — Lagi-lagi, ratusan jamaah umrah Indonesia gagal berangkat ke Tanah Suci. Dijadwalkan terbang ke Tanah Suci pada Rabu (12/3), jamaah dari 10 travel itu hingga Jumat (14/3) masih tertahan di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Para calon jamaah umrah itu pun ramai-ramai mendatangi kantor Maskapai Saudi Arabia Airlines yang dituding tidak melaksanakan kewajibannya terhadap mereka.
Kepada Republika, Jumat, Yono Ahmad, salah satu pemilik travel yang jamaahnya gagal berangkat, mengatakan, para jamaah umrah dari 10 travel itu sudah sempat berada di dalam kabin pesawat Saudi Airlines pada Rabu dini hari untuk diterbangkan.
Namun, hingga empat jam, pesawat tak kunjung diberangkatkan. “Tiba-tiba, jamaah diminta turun dari pesawat dengan alasan ada permasalahan di mesin pesawat,” tutur pemilik travel Arafah Mulia Insani (AMI) ini.
Oleh pihak maskapai, seluruh jamaah kemudian diinapkan di tiga hotel, yakni Hotel Ibis, Hotel Borobudur, dan Hotel Sultan. Yono mengatakan, sebanyak 54 jamaahnya diinapkan di Hotel Ibis.
Pada Jumat, para jamaah bersama pihak travel mendatangi kantor Saudi Airlines untuk meminta penjelasan atas pembatalan penerbangan tersebut sekaligus menuntut ganti rugi.
Menurut Yono, pihaknya enggan disalahkan atas pembatalan keberangkatan jamaah umrah ini. Sebab, pembatalan tersebut murni kesalahan pihak maskapai, bukan travel.
Atas ketidakjelasan penerbangan itu, Yono pun meminta pihak maskapai untuk memberikan surat keterangan penundaan penerbangan. Dengan surat itu ia berharap, akomodasi jamaah selama di Tanah Suci yang telah dipesan, tidak hangus.
Sayangnya, kata Yono, pihak maskapai tak mau memberi surat tersebut. “Akibatnya, kami harus menanggung kerugian yang cukup banyak karena ketidakmautahuan pihak Saudi Airlines,” ujarnya.
Pada saat yang sama, kata dia, pihak travel pun harus siap mengganti uang jamaah, sekitar Rp 30 juta per orang.
Maka, Yono pun meminta pengertian para jamaah karena kejadian ini bukan karena kesalahan travel namun maskapai. Hingga Jumat siang, ratusan jamaah umrah dari 10 travel itu masih berharap bisa diberangkatkan ke Tanah Suci.
Terkait hal ini, Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Himpuh) mendesak maskapai Saudi Airlines mengganti kerugian jamaah dan travel yang gagal berangkat ke Tanah Suci karena pembatalan penerbangan.
Ketua Himpuh Baluki Ahmad menegaskan, Saudi Airlines harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Namun, dalam pengamatannya, selama ini Saudi Airlines cenderung acuh tak acuh setiap kali terjadi penundaan atau pembatalan penerbangan.
Pihak Saudi Airlines hanya mau mengikuti aturan penerbangan internasional, yakni ketika ada penundaan atau pembatalan penerbangan lebih dari enam jam, pihak maskapai wajib menyiapkan akomodasi.
“Padahal, perjalanan umrah ini berbeda dengan kunjungan wisata, kita menggunakan hampir satu pesawat dan sudah memesan paket fasilitas di Arab Saudi seperti akomodasi yang akhirnya harus hangus,” jelas Baluki, Jumat.
Karena itu, Baluki berharap, ada pertimbangan dari Saudi Airlines agar mau berbagi kerugian dengan pihak jamaah dan travel.
Baluki pun berjanji, Himpuh akan mengirim surat kepada Kementerian Perhubungan dan Kementerian Agama untuk mendapatkan dukungan dan perhatian agar jamaah umrah Indonesia tidak terus-menerus dirugikan oleh alasan masalah teknis penerbangan.