REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan negaranya masih menganggap Crimea sebagai bagian dari Ukraina meskipun hasil referendum Ahad menyampaikan 96 persen suara mendukung Rusia di semenanjung itu.
Hal itu diungkapkan Hague, Senin (17/3), setelah pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels.
"Kami menyaksikan usaha yang jelas untuk membuka jalan bagi aneksasi bagian dari wilayah kedaulatan sebuah negara Eropa yang independen, melalui kekuatan militer dan referendum ilegal dan tidak sah," kata Hague.
"Inggris menyerukan lagi kepada Rusia untuk memasuki dialog dengan Ukraina dan dengan komunitas internasional untuk menyelesaikan krisis ini. Melanjutkan untuk mengabaikan panggilan tersebut akan membawa konsekuensi serius bagi Rusia."
Hague sebelumnya menyambut tindakan-tindakan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menargetkan lingkaran dalam Putin dengan sanksi-sanksi ekonomi. Dia menyebut langkah itu sebagai "pernyataan penting persatuan Eropa dan pemecahan masalah ini, bertepatan ... dengan langkah-langkah yang diambil oleh Amerika Serikat."
Amerika Serikat dan Eropa sebelumnya menargetkan kalangan dekat Presiden Rusia Vladimir Putin dengan menjatuhkan sanksi pada Senin terhadap pejabat-pejabat tinggi dalam rangka menekan Kremlin agar menarik diri dari tindakannya mencaplok Krimea.
Penjatuhan sanksi itu muncul setelah Crimea memisahkan diri dari Ukraina, memutuskan untuk bergabung dengan Rusia melalui pemungutan suara yang dianggap Kiev dan Barat tidak memiliki keabsahan.