Sekolah harus hadirkan pengajian
Terjadinya peningkatan angka bunuh diri di kalangan pelajar menjadi keprihatian bersama. Untuk mencegahnya, para ulama seharusnya lebih aktif menyambangi sekolah dan sekolah juga harus memberikan ruang pengajian secara rutin kepada para pelajar.
''Kalau angkanya meningkat, ini menandakan bahwa seluruh komponen bangsa ini telah lalai. Bukan hanya ulama yang harusnya bertanggung jawab, tetapi juga pemerintah dan pihak sekolah harus bisa berperan aktif mengatasi permasalahan ini,'' kata Mafri Amir, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Mafri mengatakan, peristiwa bunuh diri di kalangan pelajar seharusnya menjadi keprihatinan semua pihak. Dengan terjadinya hal semacam ini, menurut pria yang juga aktif sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), seharusnya pihak pengelola sekolah bisa memfasilitasi para ulama untuk mendatangi ke sekolah-sekolah.
Untuk aktivitas dakwah di sekolah, Mafri menyarankan, paling tidak dapat dilakukan satu kali dalam sepekan. Namun, dakwah semacam itu perlu juga didukung di lingkungan tempat tinggalnya. ''Di sini juga masjid di tempat tinggal kita harusnya memainkan peran. Para pengelola masjid itu harus bisa juga mengumpulkan para remaja.''
Dalam berdakwah ke kalangan remaja, menurut Mafri, tentunya pendekatan yang dilakukan tidak bisa secara indoktrinasi. Dalam hal ini, kata dia, para remaja itu jangan selalu ditakut-takuti oleh dosa dan neraka. ''Coba dekati dengan bahasa mereka yang sedang berjiwa muda. Di sinilah perlu ada dakwah yang dialogis dengan mereka,'' ujarnya menjelaskan.
Ia menilai banyak penyebab yang melatari terjadinya aksi bunuh diri di kalangan pelajar. Dalam kasus bunuh diri pelajar di wilayah Pondok Petir, Depok, Mafri mengatakan, persoalannya tidak semata-mata karena kekhawatiran tidak lulus ujian nasional. ''Banyak faktornya. Bisa saja secara ekonomi, broken home, atau masalah lainnya,'' kata Mafri.
Mafri mengatakan, jika persoalan ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada solusi, tentunya akan menjadi ancaman bagi negeri ini. Untuk itu, ia menyarankan, pihak sekolah maupun pemerintah bisa mengambil langkah konkret.
''Pelajaran agama tentunya harus ditambah lagi porsinya. Jika persoalan ini dianggap sepele, hal ini akan bisa menjadi ancaman yang serius bagi kita semua,'' ujarnya menandaskan.