REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Perusahaan Red Star di Vietnam selama dua tahun terakhir menghabiskan sekitar 5 juta dollar (Rp 56,5 miliar) untuk membangun kompleks peternakan untuk menampung sapi impor dari Australia.
Direktur Utama Red Star, Nhi, pekan lalu mengumumkan bahwa fasilitas perusahaannya siap mengimpor sapi hidup dari Australia. Hal ini disampaikan dalam pertemuan dengan delegasi-delegasi dari pemerintah Wilayah Utara, Australia, yang memiliki banyak peternakan sapi.
Red Star telah membangun sistem peternakan terintegrasi di Propinsi Dak Lak. Di dalam lahan terintegrasi tersebut termasuk lahan penggemukan, rumah jagal, dan lahan pertanian untuk pakan sapi.
"Kami berencana mengimpor kloter sapi pertama kami pad abulan April dan minggu pertama bulan Mei," ucap Nhi, kepada Matt Brann dari ABC, yang berkunjung ke Vietnam atas dukungan Pemerintah Wilayah Utara, belum lama ini.
"Semua orang sangat bersemangat menunggu ini, karena begitu kami mulai membangun proyek ini banyak orang yang menanyakan kapan sapinya datang...pengunjung dan masyarakat setempat berkata ini mirip bandara internasional, bukan lahan penggemukan," tambahnya.
Menurut Nhi, perusahaan lain mengimpor sapi dari negara-negara lain, seperti Kamboja, tapi ia hanya tertarik apada sapi Australia, karena 'kualitasnya lebih bagus.'
Daging yang dihasilkan dari fasilitasnya akan dijual ke konsumen di Propinsi Dak Lak, dan lahan tersebut akan memperkerjakan sekitar 60 orang begitu sapinya tiba.
Ben Hindle, dari Asosiasi Ekspor Ternak Hidup Wilayah Utara, menyatakan bahwa usaha Red Star untuk memenuhi syarat penanganan sapi Australia cukup mengagumkan, dan para eksportir akan berusaha untuk memenuhi permintaan sapi perusahaan itu.