REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Perikanan menjadi salah satu produk unggulan di Kabupaten Sleman. Namun, budidaya ikan setempat masih terkendala dengan tingginya harga pakan.
Salah satu pembudidaya ikan nila di Kecamatan Turi, Slaman Susanto mengatakan harga pakan yang tinggi tidak diimbangi dengan harga panen. Kondisi tersebut membuatnya sulit untuk memenuhi kebutuhan upah tenaga kerja.
"Kalau merugi tidak, tapi tidak bisa untung dengan mempertimbangkan upah tenaga kerja," ungkapnya kepada Republika, Selasa (18/3).
Harga satu karung pakan ikan dengan berat 30 kilogram saat ini berkisar Rp 266-270 ribu. Sementara, harga ikan nila berkisar Rp 18.000-18.500 per kilogram.
"Kalau harga ikan nila bisa lebih dari Rp 20.000 per kilogram, kami bisa untung," ujar Susanto yang setiap pekan bisa memanen 1 ton nila tersebut.
Dengan harga tinggi, pembudidaya ikan di Sleman masih tergantung dengan pakan buatan pabrik. Susanto yang memiliki kolam ikan 15 ribu meter persegi tersebut mengaku belum dapat membuat pakan lokal karena keterbatasan sarana prasarana. Pembudidaya juga belum memiliki keahlian dalam membuat pakan lokal.
Kepala Bidang Perikanan, Dinas Pertanian Kehutanan dan Perikanan Sleman, Supramono mengakui harga pakan buatan pabrik terus melonjak. Karena itu, pihaknya berusaha membuat pakan lokal. "Kami masih ujicoba untuk pembuatan pakan lokal," ungkapnya.
Untuk mengatasi masalah harga pakan, pembudidaya juga disarankan untuk mengganti komoditas. Sejumlah jenis ikan seperti nila, bawal, dan gurame tidak harus menggunakan pakan buatan pabrik. "Kalau udang galah harus pakai pakan pabrik, tapai kalau nila, bawal, dan gurame bisa menggunakan pakan lokal," ungkapnya.
Produksi ikan di Sleman pada 2013 sudah tercatat mencapai 25.883 ton. Sleman memiliki 507 kelompok pembudidaya ikan dengan rata-rata beranggotakan 20-25 orang. Sementara, tingkat konsumsi ikan di Sleman mencapai 28 kilogram perkapita pertahun