REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hannan Putra
Saat ini banyak pemuda yang melalaikan kewajiban kepada Allah.
"Suatu saat nanti, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh seorang raja. Ia adalah sebaik-baik raja dengan sebaik-baik pasukan,” (HR. Ahmad). Demikian pernyataan Rasulullah SAW di hadapan para sahabatnya.
Menurut Ibnu Taimiyyah, salah satu di antara tanda Dalaa’il Nubuwwah (tanda kenabian Beliau SAW) adalah Beliau SAW mengabarkan suatu kejadian besar di masa depan yang terjamin kepastiannya.
Para sahabat ketika itu pun salut dengan sosok yang disebutkan Rasulullah tersebut. Bagaimana mungkin suatu negara adi daya yang menjadi bandar terkenal di dunia bisa ditaklukkan Islam.
Mungkin suatu hal yang mustahil untuk menaklukkan negara yang dibangun raja Bizantium Constantine I tersebut.
Dengan kekuatan armada perangnya, kemegahan dan keindahan arsitektur bangunannya, dan wilayah Konstantinopel yang sangat luas.
Namun, apa yang disebutkan Rasulullah SAW tersebut benar-benar terjadi delapan abad kemudian. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu akhirnya benar-benar takluk di bawah pimpinan Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad al-Fatih.
Menariknya, raja muda tersebut masih sangat belia, yakni berusia 22 tahun. Hebatnya eksistensi seorang pemuda ketika itu. Pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah ternyata dipercayakan untuk dimotori seorang remaja belia.
Apa yang menyebabkan sang raja muda sedemikian kuat dan tangguh? Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dalam bukunya, Sulthan Muhammad al-Fatih mengatakan, sang sultan tidak pernah melalaikan shalat wajib, tahajud, dan shalat sunah rawatib sejak baligh hingga ajal menjemputnya.
Sementara itu, tentara yang ia bawa dalam kancah perperangan tersebut tidak satu pun yang meninggalkan shalat wajib. Separuh dari mereka bahkan dinyatakan tidak pernah meninggalkan shalat tahajud.
Itulah rahasia kekuatan seorang Muslim dalam menghadapi berbagai macam persoalan dunia. Jadi, mengapa saat ini Islam diinjak-injak musuh? Tentu jawabannya, karena para pemuda banyak yang melalaikan kewajiban mereka kepada Allah.
Jangankan untuk shalat sunnah tahajud setiap malam, sangat sedikit di antara pemuda Muslim yang menjaga shalat wajibnya secara berjamaah.
Hal serupa juga dicontohkan panglima perang termuda kesayangan Rasulullah SAW, Usamah bin Zaid bin Haritsah.
Di usianya yang masih kanak-kanak, ia pernah datang kepada Rasulullah SAW bersama anak-anak sebayanya.
Ia ingin meminta izin untuk turut serta menjadi prajurit di Perang Uhud. Tentu saja Rasulullah SAW tidak akan mengizinkan anak-anak ikut berperang. Usamah pun menangis layaknya anak-anak karena tak diizinkan Rasulullah.
Ia sedemikian senangnya tatkala Rasulullah mengizinkannya untuk ikut perang Khandaq, walau ia hanya remaja 15-an tahun. Apa yang membuat seorang Usamah yang masih sangat remaja termotivasi untuk ikut berjihad?