REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO-- Bertujuan untuk meminimalkan efek negatif telepon pintar terhadap anak-anak SD dan SMP di Kariya, Prefektur Aichi akan dilarang menggunakan telepon selular setelah pukul 21.00. Namun, pelarangan ini lebih bersifat anjuran dan tidak akan ada pelarangan resmi dari Balai Kota. Keluarga diharapkan mengambil peran signifikan atas hal itu.
Sebuah tim yang terdiri atas guru, pekerja sosial, dan polisi memunculkan ide itu beberapa bulan lalu. Ketua tim yang juga kepala SMP Karigane Fushitoshi Ohashi mengatakan tim sepakat untuk sama-sama mendorong orangtua dan anak-anaknya untuk mengikuti aturan yang akan dilaksanakan April mendatang ini.
Meningkatnya jumlah anak-anak yang menggunakan telepon pintar untuk berkomunikasi hingga larut malam bisa membawa masalah.
Misal aplikasi Line yang memungkinkan pengirim pesan mengecek apakah pesannya sudah dibaca. Beberap penerima pesan merasa harus menjawab pesan itu. Ini membuat penggunanya terus saling berbalas pesan hingga larut malam.
''Mereka merasa harus membalas pesan itu karena teman-teman mereka akan bertanya mengapa tidak direspon. Ini menganggu waktu belajar mereka karena mereka tak bisa mengabaikan pesan temannya,'' tutur Ohashi seperti dikutip Japan Times, Selasa (18/3).
Tidak membalas pesan dari teman mereka terkadang juga merusak pertemanan para siswa. Aturan ini bisa jadi alasan mereka untuk berhenti saling berkirim pesan setelah pukul 21.00 waktu setempat. Ohashi mengungkapkan beberapa orangtua merasa aturan ini membuat mereka lebih mudah melarang anak-anaknya berhenti bermain dengan telepon selular hingga larut malam.
Setelah pukul 21.00, anak-anak diharuskan menyerahkan telepon selularnya kepada orangtua mereka untuk menghindari penggunaan secara sembunyi-sembunyi. Namun karena aturan ini tidak mengikat, tidak ada hukuman bagi pelajar yang melanggar.
Kariya memiliki sekitar 13 ribu pelajar SD dan SMP. Ohashi mengatakan dari survei yang dilakukan November lalu menunjukkan 58,2 di antaranya memiliki telepon selular.