REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang tak kenal Miranda Swaray Goeltom? Mantan Deputi Senior Bank Indonesia itu sempat menjadi sorotan media massa di Indonesia.
Ia adalah perempuan pertama Indonesia yang menjabat Deputi dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Siapanyana jabatan ini justru menghempaskannya ke tempat yang tak pernah ia bayangkan: Rumah Tahanan KPK.
Semua berawal dari kasus pemberian cek pelawat kepada sejumlah anggota DPR, Miranda akhirnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dan divonis selama tiga tahun. Kisah kehidupannya selama di penjara dituliskan dalam sebuah buku berjudul 'Cermin Miranda, Catatan dari Rutan KPK'.
Inilah sebuah investigasi jurnalistik gaya hidup mengenai Miranda S Goeltom dari Rumah Tahanan KPK. Peluncuran buku berjudul dilakukan di Resto Din Tai Fung, Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3).
Buku yang berisi refleksi dan perenungan Miranda selama mengalami hukuman penjara itu ditulis Rustika Herlambang, dan diterbitkan Penerbit Banana.
Penulis buku, Rustika Herlambang, mengatakan, buku itu merupakan buku pertama yang berkisah tentang kehidupan dan pergulatan emosional seseorang yang mengalami penahanan KPK. Menurut Rustika, sebagai perempuan pertama Indonesia yang menjabat Deputi dan Deputi Gubernur Senior BI, Miranda tak pernah nyana ia akan terhempas ke Rumah Tahanan KPK. Itu terjadi setelah Miranda terlibat kasus pemberian cek pelawat kepada sejumlah anggota DPR.
“Miranda mengaku dunianya runtuh seketika,” kata Rustika. Meski kemudian terus memperjuangkan nasib hingga MA, Miranda tetap divonis bersalah.
Sastrawan Seno Gumira Adjidharma yang diminta komentarnya untuk buku mengatakan, buku itu memenuhi syarat sebuah investigasi jurnalistik gaya hidup. “Ini menarik, bagaimana perempuan high profile meniti hari-hari sunyinya dalam sel bawah tanah, yang siang dan malamnya tak bisa dibedakan,” kata Seno.
Ia mengaku terkesan dengan Miranda, karena meski bergumul dengan cemas, galau, dan marah yang bercampur satu, Miranda tetap ingin terlihat berdaya. Miranda memang tetap membaca, menulis, menyemir rambut, ‘memasak’ sesuai hati, serta mengatur ruangannya supaya tetap terasa elegan. “Kita akan dibawa mengenal Miranda yang sebenarnya, bukan Miranda sebagaimana dicerminkan media yang selalu terkesan high profile,” ungkap Seno.