REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL – Mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton mewanti-wanti negara lain yang berada dekat atau berbatasan dengan Rusia, Selasa (18/3).
Ia mengatakan, Rusia bisa saja melakukan agresi seperti yang dilakukannya terhadap Ukraina. Clinton menyebut pencaplokan Crimea sebagai tindak illegal dan melanggar hukum internasional.
‘’Jika dia dibiarkan lolos dengan agresi itu, saya pikir ada banyak negara lain yang secara langsung bisa diagresi Rusia, atau bisa dihasut dengan sistem politik mereka sehingga mereka terintimidasi,’’ kata dia dalam sebuah acara yang diselenggarakan Board of Trade of Metropolitan Montreal di Palais des Congres.
Clinton menganjurkan dua jalur pendekatan untuk menyelesaikan krisis yang terkait dengan ekonomi dan nilai-nilai ini. Seiring dengan sanksi terhadap Rusia, Clinton berpendapat untuk meningkatkan dukungan keuangan dan teknis untuk pemerintahan demokratis di Kiev.
Dia juga mengatakan Eropa perlu didorong untuk mencari sumber energi lain sehingga mereka tidak perlu bergantung pada Rusia untuk urusan minyak dan gas. ‘’Kita tidak harus mengusung pedang dan lain-lainnya, itu tidak akan berguna,’’ kata Clinton seperti dikutip AP.
Menurutnya setiap negara perlu bergerak untuk melindungi diri mereka dari intimidasi di masa depan. ‘’Mungkin akan memerlukan waktu bertahun-tahun tapi dengan begitu mereka punya pilihan,’’ kata dia. Clinton merujuk pada pertikaian yang dibawa Presiden Rusia Vladimir Putin atas dasar nilai-nilai setelah perang dunia II.
‘’Kami akan berjuang melawan tindak illegal dan kami akan mendemonstasikan model yang lebih baik, yaitu negara yang secara politik persisten dan berkelanjutan,’’ katanya. Awal bulan ini, Clinton menyamakan tindakan Putin di Semenanjung Crimea dengan tindakan Adolf Hitler pada 1930an. Dia mengatakan Putin adalah pemimpin yang sulit tetapi berkulit tipis yang menyia-nyiakan potensi negaranya.