REPUBLIKA.CO.ID, -- Para perunding Iran dan enam negara kuat di dunia telah menunda pembicaraan yang mereka sebut "substantif dan berguna" terkait program nuklir Teheran dan mengatakan pembicaraan itu akan dilanjutkan tanggal 7 April di Wina.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton membacakan pernyataan bersama Rabu yang menyebut pembicaraan itu membahas program pengayaan uranium Iran, rencana reaktor air negara itu di Arak dan sanksi Barat terhadap Iran. Ashton tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Reuters bahwa akan sangat sulit untuk mengatasi perbedaan antara Iran dan enam negara kuat dunia terkait pengayaan uranium dan reaktor Arak, yang dikhawatirkan negara-negara Barat dapat menghasilkan plutonium untuk membuat senjata.
Namun pejabat itu mengatakan semua pihak ingin memenuhi tenggat waktu 6 bulan untuk mencapai suatu kesepakatan.
Babak pembicaraan nuklir Iran di Wina ini dimulai hari Selasa (18/3) dengan apa yang disebut juru bicara pimpinan kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton pembicaraan yang “bermakna dan bermanfaat.”
Juru bicara tersebut, Michael Mann, mengatakan ia tidak mau membuat perkiraan mengenai hasilnya.
Iran dan kelompok yang terdiri dari Amerika, Inggris, China, Perancis, Rusia dan Jerman itu mencapai persetujuan sementara tahun lalu yang mengharuskan Iran mengekang kegiatan nuklirnya yang paling dicurigai sebagai imbalan peringanan terbatas sanksi.
Sementara pembicaraan diteruskan, sekelompok besar senator Amerika mengharuskan seperangkat “prinsip inti” tercakup dalam persetujuan permanen.
Dalam surat kepada presiden Barack Obama , 83 orang senator mengatakan Iran harus memahami bahwa akan ada konsekuensi bagi negara itu, termasuk sanksi-sanksi yang jauh lebih keras, jika tidak tercapai persetujuan akhir yang dapat diterima.