Kamis 20 Mar 2014 13:40 WIB

Jelang Pemilu, Muslim India Gundah

Muslim India berbelanja.
Foto: onislam.net
Muslim India berbelanja.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Muslim India gundah. Mereka harus memastikan pilihannya tak salah dalam pemilu April dan Mei mendatang.

Suara mereka tak hanya mengantarkan sejumlah calon melenggang ke parlemen juga pemimpin India pengganti Perdana Menteri Manmohand Singh.

Anis Ibrahim, mahasiswa Muslim, mengatakan sebenarnya umat Islam berharap menjadi bagian dari sistem di India. Sayang, selama ini mereka hanya diperlakukan sebagai bank suara.

‘’Partai politik baru mau mendekati Muslim menjelang pemilu,’’ katanya kepada OnIslam, Ahad (16/3). Persoalan yang menguras pikiran mereka sekarang adalah sosok Narendra Modi. Politikus Hindu ini berpotensi besar menggantikan Singh.

Modi dicalonkan sebagai perdana menteri oleh Bharatiya Janata Party (BJP). Padahal, hubungan Muslim dengan Modi berjalan kurang baik karena terganjal peristiwa pembantaian di Gujarat pada 2002. Kala itu, Modi memimpin pemerintahan di negara bagian tersebut.

Aksi massa Hindu menyebabkan 2.000 Muslim kehilangan nyawa. Peristiwa itu bermula dari meninggalnya  sejumlah warga Hindu dalam kebakaran kereta api. Muslim langsung disalahkan dan aksi massa warga Hindu tak terbendung.

Serangkaian penyelidikan terhadap kejadian itu dilakukan. Pemerintah Federal menuding Modi gagal melindungi warga Muslim. Namun, Modi lolos dari jeratan hukum. Dengan pertimbangan ini, Muslim melangkah hati-hati dalam menentukan pilihan.

Mereka memikirkan apa yang kelak dilakukan perdana menteri baru terhadap komunitas Muslim. Mereka merasa tak aman kalau Modi memimpin India. Bisa jadi mereka diperlakukan sebagai warga kelas dua di negeri sendiri.

‘’Kami tak bisa mempercayai Modi. Kami sudah melihat kejadian di Gujarat dan dia mungkin mengulangnya di seluruh wilayah India,’’ kata Mufti Abdul Razzaq, wakil presiden Jamiat Ulema Hind, sebuah organisasi para cendekiawan Muslim.

Anggota parlemen, Mohammed Adib mengatakan, langkah pertama adalah sedapat mungkin menghentikan Modi.

Namun pandangan berbeda disampaikan cendekiawan Muslim, Rasheed Kidwai. Ia mengatakan popularitas Modi tinggi.

Dampak  buruk Modi bagi Muslim di India, jelas dia, tak substansial. Ia menganggapnya berlebihan. Ia beralasan, partai yang mengusung Modi nantinya pasti berkoalisi. Dalam koalisi ini, pandangan dan agenda pribadi Modi terbatas dan tak sepenuhnya berjalan.

Awal Maret lalu, Modi menjanjikan perbaikan ekonomi bagi Muslim. Ia menyampaikan hal itu saat kampanye di Negara Bagian Uttar Pradesh.

‘’Kami yakin dalam pengembangan ekonomi, sedangkan pemerintahan sekarang membuat Muslim terperangkap kemiskinan,’’ katanya.

Meski popularitasnya tinggi, namun sejumlah survey menyatakan, Modi harus bekerja keras untuk memperoleh suara yang cukup agar menjadi perdana menteri. Dalam hal ini, suara Muslim menjadi penentu.

Sementara, pemerintahan Perdana Manmohan Singh sekarang ini, relatif baik terhadap komunitas Muslim. Misalnya, Kementerian Urusan Kelompok Minoritas berusaha mengembangkan wakaf di India agar pengelolaannya lebih modern.

Paling tidak, ada 490 ribu property wakaf di India. India yang dihuni 177 juta Muslim, memang mempunyai aset wakaf cukup besar namun belum efisien. Pemasukan per tahun dari wakaf baru mencapai 26,3 juta dolar AS.

Bulan lalu, Perdana Menteri Manmohan Singh meresmikan National Wakaf Development Corporation untuk membantu mengelola aset-aset wakaf Muslim agar lebih transparan.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement