REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dai televisi berkualitas tidak akan muncul selama dunia televisi masih mengandalkan rating. Padahal, sistem rating hanya rekayasa belaka.
Fenomena dai televisi berkaitan dengan dunia pertelevisian yang juga tidak lepas dari rating. Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yaqub mengatakan, lima tahun lalu saja, Wakil Ketua Lembaga Sensor Film Rai Sita Supit pernah pernah mengatakan rating hanya rekayasa semata.
''Tayangan bagus, ratingnya pasti jelek. Sementara tayangan yang isinya buruk justru mendapat rating tinggi. Rating memang sengaja diciptakan untuk merusak bangsa,'' kata Ali, Kamis (20/3).
Ia menyesalkan dai-dai rendah yang justru menuai rating tinggi acara televisi. Ia bahkan mengingatkan kembali, Rai Sita Supit yang mengatakan dengan tegas meski ia bukan Muslim, tapi ia tak rela jika bangsa ini dirusak. ''Selama masih mengandalkan rating, tayangan buruk akan mendominasi,'' kata Ali.
Rencananya Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan memanggil para dai televisi awal April nanti. Meski belum tahu apa tujuan MUI memanggil para dai televisi, Ali menekankan bukan sertifikasi dai yang utama saat ini. Tapi adanya regulasi pemerintah yang mengatur dunia pertelevisian sebab persoalannya adalah rating.
Meski dai memiliki sertifikat, kata Ali, produser televisi pun tidak akan melihat itu. Pengusaha televisi Indonesia sudah terlanjur tergantung pada sistem rating buatan perusahaan asing.