REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mayoritas umat Islam di Indonesia sudah terjangkit 'penyakit' ingin bahasan Islam yang sederhana saja. Sehingga, konten penceramah yang muncul pun mengikuti, sederhana saja.
Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Satori Ismail mengakui, memang ada dai yang masih kurang dalam pengetahuan agama karena tidak memiliki latar belakang ilmu syariah atau dakwah sehingga bacaan Alquran atau pemahaman hadis juga kurang baik.
Namun, mayoritas umat Islam Indonesia sudah terserang 'penyakit' senang membahas Islam yang ringan-ringan saja. ''Penceramah tidak sepenuhnya bisa disalahkan, sebab mereka mengikuti masyarakat. Saat masyarakat senang bahasan yang sederhana, konten penceramah yang muncul pun sederhana saja,'' kata Satori, Kamis (20/3).
Tak bisa dimungkiri, ini berkaitan dengan televisi dan upaya mencari untung. Ustaz yang sudah tampil di televisi mempunyai manajemen yang membuat biaya mengundang mereka jadi mahal. Padahal, bisa jadi ustaz yang diundang juga tidak mematok jumlah biaya tertentu.
Perbaikan yang dilakukan, lanjut Satori, memang harus menyeluruh. Para ustaz menyampaikan Islam dengan baik dan tidak banyak bercanda. Manajemen pun mencari ustaz yang bisa mengamalkan Islam dan tidak sekadar bisa membuat jamaah tertawa. Ormas Islam juga terus menambah wawasan pada dai yang ada di bawah koordinasinya.
Jika pun akan ada sertifikasi dai, Satori mengatakan. harus jelas dulu siapa yang akan melakukan dan bagaimana standarnya. Ikadi sendiri sudah memiliki sistem sertifikasi berjenjang selama empat tahun belakangan ini. Tiap jenjang, mulai dari dai pemula hingga dai utama, memiliki kualifikasi tersendiri.