REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendukung Keputusan Presiden (Keppres) yang mengganti kata Cina menjadi Tiongkok. Menurut wagub yang akrab disapa Ahok tersebut, selama ini penggunaan kata Cina memang sering dikonotasikan negatif untuk mengejek ras tertentu.
"Saya kira tepatlah SBY mengeluarkan keputusan itu sebelum turun dari jabatan," kata lelaki keturunan Tionghoa tersebut saat ditemui di Jakarta, Kamis (20/3).
Menurut Ahok, penggunaan kata Cina berasal dari ejekan yang digunakan orang Jepang kepada bangsa Cina. Kata itu kemudian ditularkan oleh Jepang pada orang Indonesia saat menjajah dulu.
"Kemudian kata itu dipakai pada masa orde baru sehingga menimbulkan diskriminasi bertahun-tahun," ujar Ahok.
Seperti diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengeluarkan Keppres No. 12/2014 tentang penggantian istilah Cina menjadi Tionghoa atau Tiongkok. Melalui Kepres tersebut, SBY mencabut Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 yang menggunakan istilah Tjina sebagai pengganti Tionghoa atau Tiongkok.
Tujuan Keppres tersebut untuk menghindari dampak psikososial-diskriminatif dalam hubungan sosial warga Indonesia keturunan Tionghoa di Indonesia.