REPUBLIKA.CO.ID, Perusahaan satelit Inggris, Immarsat, mengungkapkan, adanya citra satelit yang menampakkan puing diduga MH370 di sekitar Samudera Hindia sudah terlihat sejak dua hari usai pesawat hilang.
Sayangnya, pencarian terhadap pesawat tidak dilakukan ke Samudera Hindia. Tim pencarian pesawat justru berputar ke perbatasan Thailand hingga ke Laut Andaman lebih dari sepekan.
"Ini sangat memprihatinkan. Cobalah pikirkan waktu yang terbuang dan bagaimana jika puing di dalam air tersebut kemudian menjauh,"ujar Tom Haueter, mantan investigator Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (NTSB) yang kini menjadi konsultan ABC News.
Immarsat, perusahaan pembuat satelit, menginformasikan kepada ABC News jika mereka puing pada 9 Maret dan memastikannya benda itu mirip bagian pesawat yang hilang pada 10 Maret. Oleh karena itu, proses pencarian disarankan untuk diarahkan ke Samudera Hindia.
Immarsat pun mengaku sudah memberi data mereka ke penyelidik Malaysia pada 12 Maret. Tiga hari berikutnya, Otoritas Malaysia mengumumkan jika data satelit mengungkap, pesawat tersebut bukan di Selat Malaka atau Laut Cina Selatan. Mereka pun mulai mengarahkan pencarian ke Samudera Hindia.
Juru bicara Immarsat Chris McLaughin, kepada BBC, mengungkapkan, data yang mereka berikan ketika itu hanya sebagian kecil dari apa yang sudah dimiliki penyelidik Malaysia.
"Kami bukan pada tempatnya untuk prihatin,"ujarnya. Dia menjelaskan, posisi Immarsat saat itu adalah hanya memberikan data dan saran yang bisa dibandingkan dengan data otoritas Malaysia.
"Kami tak mungkin tahu data lain yang dimiliki tim investigasi juga apa yang diikuti oleh Pemerintah Malaysia,"jelasnya.