REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Banten, mendorong produksi mobil Tawon menembus pasar nasional agar dapat menyerap lapangan pekerjaan lebih besar bagi masyarakat.
"Kita terus membantu perusahaan mobil Tawon agar dikenal masyarakat luas melalui promosi-promosi yang dilakukan pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Wawan Kuswandi di Rangkasbitung, Jumat (21/3).
Menurut dia, selama ini permintaan mobil Tawon yang diproduksi PT Super Gasindo Jaya cukup tinggi karena harganya relatif murah dan terjangkau kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Disamping itu juga kualitasnya tidak kalah dengan mobil produksi dari Korea Selatan. Produksi mobil Tawon yang dirintis 2006 di jalan raya Rangkasbitung-Cikande sudah dinyatakan lulus uji emisi. Namun, pihak perusahaan keberatan dengan tingginya biaya uji emisi tersebut. "Kami minta pemerintah membebaskan biaya uji emisi untuk mendukung produksi mobil nasional," katanya.
Pemerintah daerah, ujar dia, seringkali mempromosikan mobil karya pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) Rangkasbitung melalui pameran. Promosi tersebut untuk membantu perusahaan PT Super Gasindo Jaya dalam pemasaran. "Kami mendukung produksi mobil tawon itu berkembang dan menembus pasar nasional," katanya.
Ia menjelaskan, produksi mobil karya SMK Rangkasbitung cukup membanggakan karena maksimal kecepatanya 100 km per jam, bahkan Rangkasbitung-Surabaya hanya ditempuh 19 jam.
Mobil Tawon memiliki tiga varian, yakni model bak terbuka, model mini van, serta model tawon. Model terakhir bisa memuat lebih dari tiga orang penumpang.
Ketiga jenis mobil Tawon tersebut semua bisa digunakan dengan bahan bakar premium dan gas. Saat ini, harga mobil Tawon itu berkisar antara Rp40 juta sampai Rp60 juta per unit. "Kami terus melakukan pembinaan agar PT Super Gasindo Jaya dapat memproduksi kebutuhan mobil nasional karena permintaan pasar cukup tinggi," katanya.