REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH, WILAYAH PALESTINA -- Pembicaraan perdamaian yang ditaja Amerika Serikat antara pihak Palestina dan Israel dapat mengalami kebuntuan akibat kegiatan permukiman Yahudi, kata seorang juru bicara Palestina Kamis (20/3).
Israel merencanakan kelanjutan pembangunan 2.000 unit rumah di Tepi Barat. Krisis paling akhir ini terjadi sementara Washington mengalami kesulitan membuat rumusan bagi pihak Palestina dan Israel melaksanakan pembicaraan perdamaian sebelum batas waktu 29 April.
"Kegiatan permukiman Israel menyebabkan negosiasi terhambat dan mengarah kepada kebuntuan," kata Nabil Abu Rudeina, jubir Presiden Palestina Mahmud Abbas kepada kantor berita AFP.
Abu Rudeina beraksi atas keputusan komite Kementerian Pertahanan Israel, yang menyatakan Kamis pagi bahwa rencana untuk membangun 2.269 unit rumah baru di Tepi Barat akan terus dilanjutkan.
Seorang juru bicara kementerian mengatakan bulan lalu komite itu telah menyetujui pembangunan 1.015 unit rumah di Leshem, Beit El dan Almog, menunggu persetujuan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon sebagai langkah akhir.
Komite yang sama menyetujui pembangunan 1.254 unit rumah di Ariel, Shvut Rachel dan Shavei Shomron. Proyek-proyek itu akan dpublikasikan di media untuk mencari komentar publik sebelum mengembalikan ke komite itu untuk pembahasan lebih jauh.
Pembicaraan perdamaian Palestina-Israel terancam gagal dengan Washington berjuang mengajak kedua pihak untuk menyepakati proposal kerangka kerja untuk memperpanjang negosiasi hingga akhir tahun ini.