Sabtu 22 Mar 2014 01:03 WIB

Asosiasi Arsitektur Israel Hadapi Kecaman Internasional

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Warga Palestina memprotes pemukiman Israel
Foto: AP/Majdi Mohammed
Warga Palestina memprotes pemukiman Israel

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-- Asosiasi arsitektur Israel menghadapi kecaman dari forum internasional, terkait pembangunan pemukiman di wilayah Palestina. Mereka dinyatakan terlibat dalam pembangunan pemukim ilegal, dan pelanggaran hukum internasional lainnya.

Dilansir dari The Guardian, asosiasi arsitektur terkemuka Inggris telah menyerukan Asosiasi Arsitek Internasional, untuk mengecam mitra Israel mereka. Hal itu sebagai bentuk protes atas pendudukan Israel di Palestina.

The Royal Institute of British Architects (RIBA) menuntut penangguhan Asosiasi Persatuan Arsitektur Israel (IAUA) dari badan Internasional. RIBA mengatakan, IAUA terlibat dalam pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem timur serta pelanggaran hukum internasional lainnya.

Presiden RIBA Angela Brady mengatakan dalam pertemuan dewan pada Rabu (20/3), bahwa kegagalan untuk mendukung gerakan akan mengirimkan pesan jelas pada dunia institusi menutup mata. Anggota dewan lain juga menujuk pelanggaran hak asasi manusia di negara lain, seperti Korea Utara yang juga merupakan anggota RIBA.

"Tidakkah Anda berpikir arsitek merancang kamp penjara dan ruang penyiksaan di sana?" tanya salah satu anggota dewan, Francesca Weal.

Gerakan pengecaman terhadap Asosiasi Arsitek Israel didukung oleh 23 suara. Gerakan disambut oleh BDS Palestina (boikot, divestasi dan sanksi). Komite Nasional BDS Palestina Rafeef Zaidah mengatakan, arsitek dan perencana bekerjasama dengan pemerintah Israel untuk membangun di atas tanah Palestina.

"Mengingat keterlibatan IAUA dalam pembangunan pemukiman Israel, benar jika mereka dikeluarkan dari forum internasional," katanya.

Profesor Barukh Baruch dari IAUA mengatakan, keputusan tersebut mengejutkan. Menurutnya arsitek tak dapat disalahkan untuk kebijakan pemerintah. Ia tak berpikir bahwa pemboikotan akan membantu memecahkan salah satu masalah di Timur Tengah.

Menurut Baruch organisasinya meliputi arsitek Israel-Arab, dan tak terlibat dalam pembangunan pemukiman. "Banyak anggota yang menentang pemukiman dan bangunan di Tepi Barat. Mereka tak akan dibantu oleh boikot," ujarnya.

Panggilan untuk memboikot insitusi Israel datang dari para akademik di Inggris, AS, dan beberapa tempat lain. Pemerintah Eropa berada di bawah tekanan dari serikat pekerja, LSM, gereja-gereja dan organisasi lainnya untuk mengambil sikap lebih keras terhadap penyelesaian produk Israel.

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan upaya untuk memaksakan boikot pada Israel tak adil dan tak bermoral. Menurutnya mereka tak akan mencapai tujuan mereka. Bulan lalu, Israel telah mempromosikan rencana pembangunan untuk 2.372 rumah di delapan permukiman Israel di Tepi Barat.

Rencana terbesar adalah untuk 839 rumah di pemukiman blok Ariel. Pejabat pertahanan Israel mengatakan, rencana pada tahap awal dan menjadi dasar diskusi.Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah mengatakan, Israel sedang berusaha menggagalkan pembicaraan perdamaian. "Israel mencoba untuk mendorong pembicaraan ke jalan buntu dengan eskalasi sistematis, pada kelanjutan kegiatan permukiman."

Israel Peace Now mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, pemukiman baru akan diperluas secara dramatis. Hal ini menekan Palestina untuk mengundurkan diri dari pembicaraan. Mereka meminta pemerintah memberhentikan perilaku liar ini.

Sebuah laporan pemerintah Israel menunjukkan bulan ini, bahwa pembangunan awal pemukiman baru telah mencapai dua kali lipat dari tahun lalu. Lebih dari 500 ribu warga Israel tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, daerah yang merupakan rumah bagi sekitar 2,8 juta warga Palestina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement