REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkhawatirkan krisis pangan dan kelaparan terhadap 300 ribu warga Republik Afrika Tengah yang melakukan eksodus besar-besaran dari wilayahnya karena perang saudara.
Dilansir dari Xinhua, Sabtu (22/3) Direktur eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), Ertharin Cousin mengatakan masyarakat internasional perlu memberikan perhatian mengatasi bencana kelaparan di Republik Afrika Tengah.
"Beberapa negara tujuan pengungsi seperti Kamerun, Chad, Republik Demokratik Kongo dan Republik Kongo, sedang menghadapi kerawanan pangan dan kantong penderita gizi buruk. Karena negara tersebut menampung banyak para pengungsi," kata juru bicara PBB Farhan Haq.
Saat ini, ribuan orang diperkirakan telah tewas dan 2,2 juta atau sekitar setengah populasi Republik Afrika Tengah membutuhkan bantuan kemanusiaan. Kondisi sosial masyarakat yang hancur ini sebagai akibat dari konflik komunal dan sektarian dimulai pada Desember 2012.
Lebih dari 650 ribu orang saat ini masih mengungsi, dan lebih dari 290 ribu telah melarikan diri ke negara-negara tetangga untuk mencari perlindungan dari konflik berdarah. Terutama setelah diambil alih milisi Kristen melawan kelompok milisi Muslim di negara itu.
Sejauh tahun ini, meskipun logistik dan ancaman keamanan sangat besar, WFP telah memberikan makanan lebih dari 250 ribu orang setiap bulan di negara ini. Namun skala bencana kemanusiaan yang besar memerlukan keterlibatan lebih besar dari masyarakat internasional.