REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Palang Merah Indonesia Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama masa tanggap darurat hingga "recovery" atau pemulihan akibat abu vulkanik dampak erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, mendistribusikan 1,2 juta liter air.
"Air yang disalurkan selama masa tanggap darurat sebanyak 867 ribu liter air dan masa pemulihan sebanyak 339 ribu liter air," kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Gunung Kidul Iswandoyo di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, air sebanyak 867 ribu liter itu digunakan untuk aksi penyemprotan dan pembersihan abu vulkanik di 60 titik lokasi di Gunung Kidul. Ada 22 sekolah, 24 tempat umum dan jalan, tujuh tempat ibadah, dan tujuh gedung milik pemerintahan.
Pada masa pemulihan PMI Gunung Kidul bergerak ke 76 titik penampungan air hujan (PAH) milik warga maupun umum. PMI menyalurkan 305 ribu liter air bersih. Aksi bersih-bersih abu vulkanik juga masih dilakukan dalam masa pemulihan pada tujuh sekolah dengan menggunakan 34 ribu liter.
"Gunung Kidul memiliki kondisi berbeda dengan kabupaten dan kota usai turunnya hujan abu vulkanik. Di beberapa kecamatan seperti Tanjungsari, Tepus, Saptosari, dan Girisubo, warga menggunakan PAH untuk menampung air hujan," katanya.
Ia mengatakan setelah PMI melakukan penilaian di lapangan, efek hujan abu vulkanik Gunung Kelud masih dirasakan masyarakat. Abu vulkanik tersebut mencemari penampungan air hujan milik warga.
"Di wilayah Gunung Kidul masih banyak wilayah yang belum terjangkau pipanisasi PDAM, dan warga menggunakan PAH. Ketika hujan abu, PAH tersebut terkontaminasi abu vulkanik," katanya.
Menurut dia, warga yang mampu secara ekonomi segera menguras dan membeli air. Namun bagi warga yang kurang mampu secara ekonomi terpaksa memakai air dalam PAH tersebut.
"Kami data daerah mana saja yang memerlukan bantuan air bersih dengan segera, di antaranya Desa Ngestirejo, Tanjungsari, Desa Nglora, Saptosari, Desa Nasri, Wonosari, Desa Nglindur, Girisubo dan Desa Purwodadi, Tepus," katanya.