Selasa 25 Mar 2014 12:34 WIB

Jadi Korban Penyadapan AS, Cina Minta Penjelasan Washington

Rep: dessy saputri/ Red: Taufik Rachman
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Pemerintah Cina menuntut penjelasan dari Washington menyusul laporan pengintaian yang dilakukan oleh NSA terhadap perusahaan komunikasi raksasa Cina, Huawei.

Dilansir dari Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri cina, Hong Lei, menyatakan keprihatinannya terkait laporan penyadapan ini. "Baru-baru ini, media internasional banyak yang melaporkan adanya penyadapan, pengawasan, dan pencurian data rahasia oleh Amerika Serikat terhadap negara-negara lainnnya, termasuk Cina," katanya.

"Cina sendiri telah mengajukan banyak keluhan kepada Amerika Serikat terkait hal ini. Kami meminta Amerika Serikat memberikan penjelasan dan menghentikan tindakan itu," jelasnya.

Sementara itu, perusahaan Huawei juga telah mengecam tindakan NSA yang telah menyusup ke dalam jaringannya, jika laporan itu memang benar. NSA sendiri hanya menegaskan bahwa pihaknya hanya melakukan penyadapan dengan menargetkan intelijen asing yang valid. Selain itu, mereka juga mengatakan tidak menggunakan intelijen untuk mencuri dokumen rahasia perusahaan asing dan membantu perusahaan AS.

Majalah New York Times dan Jerman Der Spiegel, Sabtu lalu melaporkan adanya dokumen-dokumen rahasia yang diungkapkan oleh mantan agen NSA Edward Snowden. Der Spiegel menyebutkan bahwa NSA menargetkan pemimpin politik Cina, termasuk mantan presiden Hu Jintao, serta kementerian perdagangan dan luar negeri.

Sedangkan, New York Times menyebutkan tujuan operasi pengintaian tersebut untuk mencari tahu apakah Huawei memiliki hubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat. Dalam dokumen tersebut dilaporkan bahwa penyusupan tersebut juga dilakukan melalui sistem jaringan telepon Huawei yang dijual ke negara-negara lainnya.  

NSA sendiri mendapatkan akses ke server perusahaan di Shenzhen dan mendapatkan informasi internal perusahaan. Amerika Serikat menilai Huawei sebagai ancaman keamanan nasional sehingga pihaknya telah melarang perusahaan Huawei untuk mengembangkan bisnisnya di AS.

Di tempat terpisah, Presiden Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping menjalin kerja sama antar kedua negara. Dalam sambutannya, Obama mengatakan ia dan Xi akan membahas situasi di Ukraina, denuklirisasi Korea Utara, serta upaya menghadapi perubahan iklim.

Obama menambahkan, hubungan bilateral antar kedua negara sama pentingnya dengan hubungan dengan negara lain. "Kami juga mampu bekerja sama meskipun ada gesekan-gesekan yang biasanya muncul dalam hubungan kami seperti masalah HAM, masalah maritim di laut Cina Selatan dan wilayah Pasifik dan semoga akan membawa solusi bagi semua pihak," kata Obama.

Tak hanya itu, dalam pertemuan ini, Xi juga berterimakasih kepada Obama karena telah membantu pencarian pesawat Malaysia Airlines. Xi pun mengatakan kedua belah pihak harus menghadapi tantangan dengan semangat gotong royong.

 "Kami berkomitmen posisi kami tidak melakukan konfrontasi, saling menghormati, dan saling melakukan kerja sama," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement