REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN— Meski Satinah (42) mengaku sudah pasrah dan ikhlas menerima eksekusi, pihak keluarga masih berharap ada keajaiban. Karena itu segala ihtiar maupun cara untuk meloloskan TKW ini dari eksekusi mati terus dilakukan oleh pihak keluarganya.
Hal ini diakui kakak ipar Satinah, Sulastri (37) yang ditemui di Dusun Mrunten Wetan RT02/ RW 03 Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Selasa (25/3). Saat ini, suaminya, Paeri al Feri (46) bersama keponakannya, Nur Apriana (20) masih berada di Jakarta untuk beberapa kepentingan.
“Tujuannya untuk mengupayakan agar kekurangan diyat dapat terpenuhi sebelum tenggat waktu yang ditentukan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dalam pertemuan terakhir bersama suami dan keponakannya, di penjara al Qhasem, Buraidah, awal Februari lalu, Satinah menyampaikan sudah ikhlas untuk menghadapi hal terburuk sekalipun. Namun ini bukan berarti keluarga di tanah air dapat menerimanya. Karena usaha dan upaya untuk mengupayakan Satinah lolos dari eksekusi mati belum tertutup.
Keluarga juga menghendaki kelak Satinah bisa kembali ke kampung halaman dalam kondisi sehat. Sehingga cara apapun masih terus dilakukan suaminya untuk mengupayakan pemenuhan diyat ini. Sulastri juga menyampaikan, sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah mengikhlaskan waktu, tenaga serta materinya dalam membantu upaya-upaya untuk meloloskan adik iparnya dari eksekusi mati.
Pihak keluarga senantiasa mendoakan agar upaya yang dilakukan untuk membantu Satinah diberikan kemudahan. “Terutama terkait dengan pintu maaf dari para ahli waris mantan majikan Satinah,” tambahnya.