Oleh: Ani Nursalikah
Sang Sultan mengoleksi lebih dari 35 ribu foto kerajaannya dari berbagai sudut.
Sultan Abdulhamid II yang memerintah pada 1876-1909 adalah sultan yang paling kontroversial dalam sejarah Kesultanan Ottoman.
Keberhasilannya menjaga kerajaannya tetap independen sepanjang zaman keemasan imperialisme Eropa membuat beberapa sejarawan menyebutnya sultan agung yang terakhir.
Namun, Sultan Abdulhamid II menjalankan kerajaannya dengan cara yang tidak biasa. Ia memerintah dari istananya yang terpencil di Yildiz yang berada di luar Konstantinopel selama 40 tahun. Sejarawan menyatakan Abdulhamid II sebagai pribadi yang paranoid dan otokratik.
Pada zamannya, parlemen dibubarkan dan konstitusi Ottoman dibekukan. Ia juga melarang laki-laki dan perempuan yang belum menikah pergi keluar bersama-sama di tempat umum.
Meski demikian, Abdulhamid mendedikasikan dirinya untuk memodernisasi kerajaannya. Selama pemerintahannya, layanan pos dimulai, jalan-jalan kota diaspal, dan tentara dirombak.
Ia juga dikenal menerapkan peraturan yang ketat bagi rakyatnya dan sangat bergantung pada sistem polisi rahasia. Namun, selama ia memerintah, wabah penyakit hanya sekadar fenomena pada masa lalu. Pada masanya, sekolah-sekolah tumbuh subur di seluruh kekaisaran.
Sikap Abdulhamid pada fotografi juga mencerminkan kepribadian ganda yang ia miliki. Fotografi adalah bidang yang sangat menarik baginya. Ia dikenal sangat menyukai foto. Ia sendiri memiliki koleksi 30 ribu foto yang disimpan di Istana Yildiz.
Beberapa dari foto tersebut dibingkai dengan bingkai bertakhtakan berlian dan perak. Sebagian besar foto disimpan dalam album foto di perpustakaan dan ia sering kali meluangkan waktu melihat koleksinya.
Di antara fotografer favoritnya adalah Kepala Fotografer Departemen Perang dan Akademi Teknik Ali Reza dan Abdullah Freres, sebuah perusahaan yang didirikan di Armenia yang telah menjadi fotografer bagi Sultan sejak 1867.
Senjata fotografi
Foto-foto itu tidaklah sekadar hiburan bagi Sultan. Ia menggunakan fotografi sebagai alat dan senjata. Abdulhamid II mengirim sejumlah fotografer ke sekitar kekaisaran, dari Albania hingga ke Mesopotamia, sehingga Sultan bisa melihat seperti apa kerajaannya. Ia sangat jarang meninggalkan istananya, apalagi mengunjungi ibu kota kerajaan.
Ia juga memiliki foto para pegawai pemerintah. Hal itu memungkinkannya mengetahui profil diri seseorang sebelum menemuinya. Beberapa dari 35 ribu foto tersebut dalam bentuk piring kaca. Pusat Penelitian Sejarah Seni dan Budaya Islam merestorasi koleksi-koleksi itu di kantornya yang berlokasi di Istana Yildiz.