Oleh: Rosita Budi Suryaningsih
Kini, pesantren bukan hanya dilirik kaum grass root di perdesaan, melainkan juga kaum elite perkotaan.
Hal ini terjadi karena fungsinya pun semakin meluas, menjadi sebuah jawaban bagi kebutuhan masyarakat, terutama dalam bidang sosial.
Orang tua di perkotaan takut jika anaknya nanti tersentuh pergaulan bebas, narkoba, dan kenakalan remaja lainnya. Pesantren bisa menjadi jawaban bagi para orang tua yang resah ini. "Di dalam pesantren, selain bisa mengikuti pelajaran dan ilmu secara umum, juga sebagai penguatan akhlak moral spiritualitas," ujar Abdullah.
Banyak orang tua yang takut memasukkan anaknya ke pesantren karena nanti akan memberikan tekanan dobel, pelajaran di sekolah umum dan pelajaran agama. Persepsi ini salah.
Menurutnya, karena semua ilmu yang dipelajari itu saling berkaitan, sehingga bukan menjadi beban, melainkan ketika menguasai satu ilmu akan memudahkan dalam belajar ilmu lainnya.
Pembelajaran agama di pesantren tidak memberatkan santri karena lebih bersifat amaliah atau dipraktikkan. Misalnya, rutin shalat berjamaah, membaca Alquran, dan ibadah lainnya.
Bisa dibayangkan ketika 24 jam berada di lingkungan agamais seperti ini akan membentuk pribadi dan perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan hanya delapan jam di sekolah umum, kemudian selebihnya banyak bergaul dengan dunia luar tanpa pengawasan yang pasti.
"Sekolah umum, sistem pendidikannya terbatas pada text book dan mata pelajaran tanpa ada tanggung jawab mental spiritualitas," tuturnya.
Tak hanya sebagai tempat menimba ilmu, pesantren sebagai tempat untuk membentuk karakter generasi bangsa. Akhlak yang baik, sopan santun, bisa dihasilkan dari lulusan pesantren.
Baru-baru ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mengembangkan konsep sekolah berbasis pesantren. Dalam konsep ini, selain mempelajari ilmu-ilmu umum juga diberikan tambahan wawasan moralitas.
Lulusan pesantren juga tidak kalah jika dibandingkan dengan lulusan sekolah umum. Ia mencontohkan, Pondok Pesantren Nurul Iman di Sidoarjo yang 80 persen lulusannya diterima di universitas terkemuka di jurusan-jurusan favorit.
"Sekarang, bisa ditemukan lulusan pesantren yang hafal Alquran dan bisa menjadi dokter. Diramalkan, justru masa depan pendidikan Indonesia adalah pesantren," papar Abdullah.