Rabu 26 Mar 2014 14:18 WIB

Obama Sebut Rusia Lemah karena Tunjukkan Pengaruh dengan Kekuatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Barack Obama
Foto: AP/Manuel Balce Ceneta
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama menolak menyebut Rusia sebagai musuh utama.

Obama justru menggambarkan sikap Rusia atas Crimea, merupakan ekspresi kelemahan dari kekuatan Rusia.

Dilansir dari The Guardian, Obama mengatakan Rusia tak lebih dari sebuah 'kekuatan regional'.

Tindakannya terhadap Ukraina menurut Obama, merupakan ekspresi kerentanan dari kekuatan negara tersebut.

Obama pun kembali mengancam, ia dan sekutu Barat yang bergabung dengan G7 serta Jepang akan memberikan sanksi lebih luas.

Sanksi akan dikeluarkan jika Presiden Rusia Vladimir Putin, melampaui aneksasi Crimea dan meluaskan pasukan hingga ke timur Ukraina.

Berbicara pada akhir pertemuan puncak keamanan nuklir di Den Haag, Obama menolak pendapat yang dibuat oleh penantangnya dari partai Republik Mitt Romney.

Kala itu Romney mengatakan, Rusia adalah musuh utama geopolitik AS. Obama mengatakan, ia jauh lebih khawatir tentang ancaman serangan bom nuklir teroris di New York.

Obama mengatakan, AS berkomitmen membela sekutu NATOnya. Tapi untuk negara-negara non-anggota di sepanjang perbatasan Rusia, Washington dan seluruh masyarakat internasional akan menggunakan tekanan non-militer untuk melawan pelanggaran batas Rusia.

Obama menambahkan, ia tak akan menebak motivasi Putin. Namun, sambutannya muncul untuk menghadapi tindakan pemimpin Rusia sejauh ini di Crimea.

Tindakan Rusia di Crimea disebut-sebut untuk mengembalikan status adidaya dan kebanggaan bagi Moskow, yang sebelumnya pernah dinikmati saat menjadi ibukota Uni Soviet."Rusia adalah kekuatan regional yang mengancam beberapa tetangganya, bukan kekuatan tetapi justru (menonjolkan) kelemahan," kata Obama.

Ia menambahkan, AS juga memiliki pengaruh atas negara tetangganya. Tapi menurutnya, mereka biasanya tidak perlu menyerang untuk memiliki hubungan kerja sama yang kuat.

"Fakta bahwa Rusia merasa harus menggunakan militer dan melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum internasional menunjukkan pengaruhnya yang kurang, tak lebih," kata Obama.

Pada KTT G8 pekan ini di Den Haag, 35 negara sepakat untuk mematuhi seperangkat standar internasional yang mengatur keamanan di lokasi nuklir. Mereka juga sepakat untuk menerima inspeksi internasional yang mengatur keamanan mereka. Namun Rusia dan Cina termasuk di antara 18 negara yang tak menandatangani perjanjian.

Cina selama ini tetap netral atas aneksasi Rusia di Crimea. Cina tak ikut dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB dan menolak menanggapi undangan Barat untuk melakukan kecaman internasional pada Rusia.

Dalam sambutannya di Den Haag, Obama mengatakan ia tak berpikir pemimpin Rusia telah membuat keputusan menyerang bagian dari Ukraina.

Mengingat pasukan Rusia telah berkumpul di perbatasan timur Ukraina."Tak ada harapan mereka (Rusia) akan menghentikan kekerasan," ungkapnya dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, seperti dikutip The Washington Post.

Namun Obama tegas menolak pembenaran Rusia untuk invasi dan aneksasinya di Crimea. Terlebih alasan Rusia yang menyatakan juru bicaranya berada di bawah ancaman.

Obama juga menolak membandingkan Moskow dengan Kosovo, yang mendeklarasikan kemerdekaannya.

"Belum ada bukti juru bicara Rusia mendapat ancaman apapun. Saat saya mendengar analogi Kosovo, di mana ribuan warga dibantai pemerintahnya, saya rasa perbandingan itu benar-benar tak masuk akal," ungkapnya.

Obama juga mengakui, sanksi lebih luas mengancam sejumlah sektor di Rusia. Mulai dari sektor energi, keuangan hingga ekonomi Rusia. Ia juga bersumpah, jika perluasan wilayah Moskow berdampak pada Barat maka Rusia akan mendapat akibat yang jauh lebih buruk.

Komentar Obama, Selasa (25/3) lalu menyatakan ia tak percaya dengan sanksi dan diplomasi akan cukup membujuk Putin melepaskan Crimea. Secara resmi aneksasi Criema dilakukan sesaat setelah referendum digelar, dan sebagian besar penduduk pro-Rusia memilih bergabung dengan Federasi Rusia.

Obama juga menegaskan, AS dan Uni Eropa tengah mempertimbangkan sanksi untuk Rusia di masa depan. Namun ini akan berdampak pada ekonomi Eropa, kemungkinan hal ini menjadi salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi pemikiran Putin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement