REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejumlah sanksi ekonomi dan politik mungkin tidak akan membuat Moskow mengurungkan niatnya menganeksasi Krimea, namun sekelompok perempuan Ukraina mempunyai cara unik untuk memprotes hal yang sama yaitu dengan tidak melakukan hubungan seksual dengan pria Rusia.
"Jangan berikan itu kepada orang Rusia" adalah nama resmi bentuk protes tersebut dan dimulai di situs sosial media Facebook sesaat Rusia secara resmi memasukkan Krimea ke dalam peta negaranya.
"Kalian harus melawan musuh-musuh negara dengan segala cara yang kita bisa," tulis pencetus bentuk protes tersebut di laman resminya.
Bagi mereka, protes tersebut mempunyai makna jauh lebih dalam dibanding sekedar berhenti melakukan seks lintas negara.
"Kami mencoba menjadi provokatif karena hal itu biasanya menarik perhatian," kata salah satu pendukung protes Irena Karpa, yang merupakan seorang penulis, blogger, sekaligus musisi.
"Makna yang lebih dalam adalah jangan memberikan harga diri, kebebasan, dan ibu pertiwi anda dengan murah. Kampanye ini lebih ditujukan untuk (presiden Rusia Vladimir) Putin dan kebijakan-kebijakannya, ini juga bukan tindakan rasis," kata dia kepada AFP.
Kampanye protes Rusia itu diinisiasi oleh sekelompok perempuan terkenal, termasuk di dalamnya sejumlah pemilik perusahaan, jurnalis, dan juga penulis.
Karpa mengatakan bahwa frasa "jangan berikan itu pada orang Rusia (don't give it to a Russian)" adalah versi modern dari sebaris puisi dari Taras Shevchenko "Fall in love, O dark-browed maidens, but not with the Moskaly (pria Rusia)."
"Kami tergerak oleh situasi terkini, yaitu aneksasi Krimea dan ambisi Putin untuk memperluas wilayah negaranya di perbatasan timur negara kami," kata Karpa.
Laman Facebook kampanye itu, yang telah menarik 2.300 peyuka, juga telah menjadi topik utama sejumlah media di Rusia.
Beberapa warga Rusia menertawakan rencana tersebut, sementara sebagian lainnya tersinggung.
"Seharusnya kalian melakukan hal ini kepada orang Rusia yang mendukung Putin, bukan semua pria Rusia. Apa salah kami sehingga harus menerima akibat ini?" tulis Anton Grigoriev dalam laman Facebook kampanye itu.
Wanita Ukraina bukan yang pertama melakukan protes dalam bentuk itu. Prempuan dari Liberia, Kenya, Togo, Kolombia, dan sejumlah negara lain pernah menjalankan hal yang sama untuk menghentikan perang yang dilakukan pria.
Yunani kuno bahkan diduga pernah melakukan hal itu. Dalam dialog "Lysistrata" karya Aristophanes, para perempuan menolak melakukan hubungan seksual dengan suaminya sampai mereka mengakhiri perang Peloponnesian.